Find Us On Social Media :

Diduga Banyak Pasien Tak Terdeteksi, Ilmuan Hong Kong Bocorkan Kasus Korban Corona China yang Bikin Semua Orang Kaget: Jumlahnya Empat Kali Lebih Besar Dari yang Dilaporkan

Terungkap! Data Virus Corona Dinilai Janggal, Dokter Indonesia Beberkan Angka Kematian Sesungguhnya yang Sudah Mencapai Seribu Kasus

Gridhot.ID - Penelitian hingga saat ini masih terus dilakukan para ilmuan untuk membongkar kasus corona.

Beberapa ilmuwan di Hong Kong temukan fakta yang akan mengubah gambaran umum pandemi Covid-19.

Disebutkan jika jumlah pasien di pulau China mungkin jumlah aslinya sebesar 4 kali jumlah yang dilaporkan.

Baca Juga: Mayat Terbungkus Plastik Bergeletakan di Jalanan, Negara Ini Mengakui Dirinya Telah Gagal Atasi Krisis Kesehatan, 6700 Nyawa Hilang dalam Waktu 2 Minggu, Ternyata Bukan Corona Penyebab Utamanya

Dalam sebuah jurnal yang dipublikasikan di The Lancet via Intisari pada Selasa, (19/4/2020), peneliti mengatakan jika pasien Covid-19 di China mungkin mencapai 232 ribu kasus.

Jumlah itu empat kali lebih besar daripada jumlah resmi yang mereka laporkan yaitu 55 ribu kasus.

Mengapa ada perbedaan sangat besar ini?

Baca Juga: Selorohnya Sindir Jokowi, Susi Pudjiastuti Ikut Bersuara Soal Mudik, Sang Mantan Menteri: Saya Orang Kampung

Hal ini terkait dengan fakta tentang Covid-19 yang baru saja ditemukan oleh ilmuwan Hong Kong.

"Gelombang pertama epidemi Covid-19 di pulau China atau China daratan pada 20 Februari silam mungkin mencapai 232 ribu kasus infeksi.

"Jumlah sebenarnya dari total infeksi masih bisa lebih tinggi daripada estimasi yang sekarang dipakai."

"Pasalnya, ada kemungkinan pasien tidak terdeteksi dari beberapa kasus infeksi, biasanya dari infeksi ringan dan tanpa gejala, ini mengerikan,"

"Mengerikan, Jumlah Pasien Sebenarnya Empat Kali Jumlah yang Dilaporkan," bunyi judul rilisan artikel yang dipublikasikan The Lancet hingga menuai perbincangan.

Baca Juga: Bom Waktu Meledak di Singapura, Awalnya Negara Teraman, Kini Malah Salip Indonesia dengan Kasus Positif Corona Terbanyak se Asia Tenggara, Ini Penyebabnya

Ilmuwan yang dipimpin oleh Peng Wu dari Kesehatan Masyarakat Universitas Hong Kong melihat berbagai sistem klasifikasi yang digunakan oleh pemerintah.

Klasifikasi tersebut dikeluarkan oleh pemerintah setelah epidemi merebak di Wuhan akhir Desember silam.

China telah mengeluarkan tujuh edisi diagnosa dan panduan perawatan, mengubah sistem klasifikasi sejalan dengan memahami perkembangan penyakit tersebut.

Baca Juga: Sorot Mata Tak Pernah Berdusta, Foto Syahrini Pegang Cangkir Tunjukkan Aura Tak Biasa, Netizen: Lihat Foto Ini Auto Merinding!

Tetapi, banyak kejanggalan dalam praktek penjelasannya sehingga membuat peneliti di Hong Kong memilih menelitinya secara mandiri.

Kemudian, tim Hong Kong temukan perbedaan pengertian mengenai Covid-19 membuat perbedaan besar pada jumlah kasus.

"Kami mengestimasi bahwa ketika pengertian kasus diubah dari versi 1 ke versi 2, versi 2 ke versi 4 dan versi 4 ke versi 5, proporsi infeksi Covid-19 naik 7,1 kali dari versi 1 ke versi 2, 2.8 kali dari versi 2 ke versi 4, dan 4.2 kali dari versi 4 ke 5," bunyi tulisan Benjamin Cowling.

Itulah pernyataan yang tertulis di jurnal yang ditulis oleh rekan setim Peng Wu, seorang epidemiologi Benjamin Cowling dan dekan fakultas kesehatan Gabriel Leung.

Perhitungan itu didasarkan dari kurva epidemiologi termasuk dari laporan WHO yang dirilis 28 Februari setelah digabungkan dengan jumlah pasien di Wuhan.

Baca Juga: Ngaku Bukan Pria Baik-baik, Didi Riyadi Buang Kebiasaan Minum Alkohol dan Ingin Jadi Lebih Baik Demi Jadi Calon Suami Ayu Ting Ting Ting?

Kurva tunjukkan jumlah kasus berdasarkan gejala yang terjadi dan tanggal dilaporkan.

Pada versi kelima dari panduan perawatan yang dirilis pada 5 Februari, China mengubah klasifikasi.

Klasifikasi kasus positif Covid-19 menjadi ditambah hanya dengan gejala, daripada konfirmasi gejala klinis dan tes laboratorium.

Baca Juga: 11 Tahun Lalu Cerai Karena Cintanya Dikhianati, Anang Hermansyah Akui Selalu Teringat Krisdayanti Gara-gara Sosok Ini, Sang Musisi: Waktu Ngeliat Dia, Aku Sangat Ingat Sama Yanti

Perubahan definisi kasus ini menyebakan jumlah kasus meningkat sebelum pihak berwenang mengubah kembali definisi positif Covid-19 lebih dari seminggu kemudian pada 17 Februari.

Kemudian, tim Universitas Hong Kong kembali menemukan kejanggalan.

Hal itu terkait fakta bahwa jika definisi kelima digunakan untuk keseluruhan epidemi, maka ditemukan 232 ribu kasus Covid-19 pada 20 Februari.

Dampak dari panduan diagnosa yang berubah masih belum dapat diukur karena belum ada data gejala setelah tanggal 20 Februari.

Tim terkait kembali menemukan jika revisi klasifikasi kasus ditambahkan ke dalam penanganan ini, laju pertambahan pasien selama ini dilaporkan lebih besar dari yang sebenarnya.

Baca Juga: Bahagia di Atas Penderitaan Istri Pertama, Bebi Silvana Seakan Takut Kena Karma Usai Dituding Rebut Opick dari Dian Rositaningrum, Kini Punya Doa Rahasia Agar Suami Tak Lakukan Poligami

Lalu diperlukan studi epidemiologi untuk menghitung jumlah pasien setelah definisi positif Covid-19 yang telah diubah.

Hasil penelitian mereka juga sarankan bagi negara-negara yang tidak punya alat tes yang mencukupi untuk penyakit ini.

Seharusnya ada tindakan memasukkan diagnosa klinis dalam panduan klasifikasi mereka agar pengukuran jumlah infeksi lebih tepat dan efisien.

Baca Juga: Jalan Tikus Juga Ditutup, Seluruh Kendaraan Pribadi Resmi Dilarang Keluar Jabodetabek, Polisi-TNI Siap Berjaga di Tiap Perbatasan yang Ada

Laporan tentang beberapa kasus Covid-19 yang tak terdeteksi oleh pemerintah ini cukup mengejutkan warga.(*)

Artikel di atas telah tayang di Intisari-Online.com dengan judul "Mengerikan, Jumlah Pasien Sebenarnya Empat Kali Jumlah yang Dilaporkan' Ilmuwan ini Bocorkan Kasus Corona yang Tidak Terdeteksi di China, Buat Semua Orang Terkejut"