Find Us On Social Media :

Refly Harun: Kalau Gara-gara Berbohong Presiden Dijatuhkan, Tidak Akan Ada Presiden di Republik Ini

Pakar Hukum Tata Negara, Refly Harun dalam tayangan Indonesia Lawyers Club, Selasa (28/1/2020) Artikel ini telah tayang di Tribunwow.com dengan judul Di ILC, Refly Harun Pesimis pada Pemerintahan Jokowi, Ungkit Mulan Jameela: Pembalap dalam Tikungan, https://wow.tribunnews.com/2020/01/29/di-ilc-re

"Misalnya, konteks berbohongnya itu adalah konspirasi untuk menggelontorkan keuangan negara tanpa sebuah proses good governance atau clean government, bisa saja kemudian," lanjutnya.

"Memang celah ini adalah celah yang sangat dinamis," ungkap Rafly.

Kendati demikian, Rafly menegaskan bahwa pemberhentian presiden era pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) tidak semudah di era Bung Karno pada tahun 1967.

Baca Juga: Berhasil Tendang Halimah dari Pelukan Bambang Trihatmodjo, Mayangsari Kaget Saat Tahu Sifat Asli Sang Suami, Ibu Khirani: Aku Nggak Bisa Terus Pura-pura Baik

Termasuk pada era Abdurrahman Wahid alias Gus Dur pada tahun 2001.

"Karena dulu belum ada MK (Mahkamah Konstitusi)," kata Refly.

Pakar hukum tata negara itu menyebut, jika ingin menggulingkan Jokowi di saat ini, prosesnya akan lebih rumit.

Baca Juga: FBI Angkat Bicara, China Dituding Kirim Hacker untuk Bobol Data Penelitian Vaksin Corona, Tiongkok: Kami Memimpin Dunia dalam Pengobatan Covid-19

"Kalau sekarang, DPR menginisiasi, lalu ke MK, balik ke DPR, lalu ke MPR, baru bisa presiden jatuh. Dan di MK sendiri harus sidang pembuktian selama 90 hari," jelas Refly.

Meski demikian, Refly berharap agar upaya-upaya pemberhentian itu tak terjadi di masa kepemimpinan Presiden Jokowi.

"Mudah-mudahan kita tidak mengalami proses penjatuhan presiden di tengah jalan. Proses yang berjalan mudah-mudahan konstitusional dan presiden yang berkuasa tetap didukung, mengambil kebijakan yang berpihak kepada masyarakat," harapnya.

Baca Juga: Bikin Laut China Selatan Panas Sampai Dimusuhi Banyak Negara, Tiongkok Lagi-lagi Buat Gara-gara, Adu Tembak dengan Militer India di Himalaya Hingga Timbul Korban Jiwa