Find Us On Social Media :

Padahal Makin Sering Dipakai di Masa Wabah Corona, Facebook dan Twitter Malah Ambyar Dihajar Perusahaan Besar, Sahamnya Anjlok Seketika

ilustrasi: aplikasi facebook

Tak cuma Unilever, Procter & Gamble, salah satu perusahaan barang konsumsi yang juga pengiklan terbesar Facebook dikabarkan akan menarik iklan dari platform yang menyediakan tempat bagi konten penuh kebencian dan diskriminasi.

Pengumuman penarikan iklan yang dilakukan perusahaan besar langsung membuat saham saham Facebook dan Twitter terjun bebas. Mengutip Bloomberg, saham Facebook itu jatuh 8,3% pada Jumat (26/6).

Akibatnya, Mark Zuckerberg harus kehilangan kekayanan sebesar US$ 7,2 miliar atau setara Rp 102 triliun (Kurs Rp 14.240). Sementara saham Twitter turun 7,40% ke US$ 29,05 per saham.

Baca Juga: Dapat Jabatan Mentereng Sampai Gaji Rp 170 Juta Perbulan, Ahok Ngaku Hidupnya Tak Lebih Enak dari Sebelumnya, Pilih Jadi Gubernur, Keuntungan Ini yang Dikangeni Suami Puput Nastiti Devi

Dalam sepekan sejak sekelompok organisasi hak-hak sipil dan kelompok advokasi meminta pengiklan untuk menghentikan sementara belanja iklan di Facebook untuk bulan Juli, sudah lebih dari 100 perusahaan termasuk Hershey, Patagonia, REI, Lending Club dan The North Face mengumumkan niatnya untuk bergabung dalam kampanye itu. Tahun lalu, Facebook menghasilkan US$ 69,7 miliar pendapatan iklan secara global melalui jutaan pengiklannya.

Mengutip Bloomberg, Minggu (28/6), Chief Executive Officer Facebook, Mark Zuckerberg telah menanggapi kritik yang berkembang tentang Facebook pada Jumat lalu.

Ia bilang, perusahaannya akan menandai semua postingan pengguna platform Facebok dan Instragram yang berhubungan dengan pemungutan suara dengan tautan yang mendorong pengguna untuk melihat pusat informasi pemilih yang baru.

Selain itu, ia juga berjanji akan memperluas definisi ujaran kebencian.

Baca Juga: Puji Prabowo Setinggi Langit, Tengku Zul Sebut Ganjar Pranowo Tak Bakal Bisa Tandingi Sang Menteri dalam Pemilu Presiden: Hobi Dia Nonton Film Porno, Mana Boleh Jadi Pejabat

Banyak perusahaan hanya menghentikan iklannya di Facebook.

Twitter sudah sedikit lebih maju dari Facebook dalam mengambil sikap menghadapi postingan ofensif. Baru-baru ini, perusahaan ini melakukan pemblokiran terhadap postingan Presiden Donald Trump yang dinilai mengandung ujaran kebencian.