Find Us On Social Media :

Gawat! Pertama Kali Sejak Tahun 1998, Indonesia Akan Jatuh ke Jurang Resesi, Inflasi dan Kemiskinan Bisa Terjadi, Lakukan Hal Ini untuk Bertahan

Indonesia Berpotensi Mengalami Resesi Ekonomi

Laporan Wartawan GridHot, Desy Kurniasari

GridHot.ID - Pandemi virus corona berdampak pada perekonomian negara-negara di dunia, termasuk Indonesia.

Bahkan kini perekonomian Indonesia juga terancam jatuh ke jurang resesi yang diprediksi akan terjadi pada kuartal III 2020.

Pasalnya, hal ini mengikuti pertumbuhan ekonomi yang terkontraksi atau minus sejak kuartal II 2020.

Baca Juga: Tahun 2020 Tinggal 4 Bulan Lagi, Indonesia Terancam Resesi, Ekonom Singgung Skenario Terburuk

Jika pertumbuhan ekonomi masih minus pada kuartal III 2020, maka ini adalah resesi pertama yang dialami Indonesia sejak 1998.

Melansir Kompas.com, bila resesi benar-benar terjadi, dampak seperti apa yang akan ditimbulkan, terutama bagi masyarakat kelas bawah?

Naiknya angka kemiskinan

Pakar Finansial Ahmad Gozali mengatakan dampak resesi ekonomi, terutama pada masyarakat kelas bawah adalah tingkat pengangguran yang bertambah.

Baca Juga: Sebut Sekolah Negeri Diutamakan untuk Siswa Berekonomi Rendah, Nadiem Makarim Kena Semprot Komisioner KPAI, Sebut Sang Menteri Tak Paham Konstitusi Republik Indonesia, Retno: Tanggung Jawab Pemerintah!

"Produksi dalam negeri berkurang otomatis lapangan kerja juga berkurang. Hal ini menyebabkan naiknya angka kemiskinan," kata Gozali saat dihubungi Kompas.com, Selasa (4/8/2020).

Selain itu, resesi juga bisa menyebabkan deflasi atau penurunan harga, tapi resesi yang berkelanjutan justru menyebabkan hyper inflasi (kenaikan harga sangat tinggi).

Gozali mengatakan, hal ini juga akan berdampak sangat berat bagi masyarakah menengah ke bawah.

"Pekerjaan makin sulit, dan harga-harga yang melambung naik," kata Gozali. Meski demikian, ia menambahkan bahwa hyper inflasi belum tentu terjadi.

Biasanya yang pertama terjadi adalah deflasi terlebih dulu.

Baca Juga: Puluhan Tahun Wilayahnya Digempur Israel, Siapa Sangka Tel Aviv Justru Jadi Partner Dagang Utama, 80% Ekspor Palestina Bersumber dari Sana

"Nah, deflasi ini sudah kita rasakan sekarang," kata dia.

Gozali menjelaskan, inflasi tinggi akan terjadi jika resesi berkepanjangan, sehingga perusahaan tidak sanggup bertahan kemudian tutup.

Akibatnya, kapasitas produksi makin berkurang, sehingga jumlah barang beredar berkurang.

Baca Juga: 18 Tahun Merdeka dari NKRI, Timor Leste Justru Terjun ke Jurang Negara Termiskin di Dunia, Lihat Provinsi Sebelahnya, Bumi Flobamara Makin Makmur Bersama Indonesia

"Ini yang kemudian sebabkan inflasi tinggi. Hal ini masih bisa dicegah dengan adanya intervensi dari pemerintah," kata Gozali.

Cara bertahan saat resesi

Agar bisa bertahan saat resesi, Gozali menyebut ada beberapa hal yang secara umum bisa dilakukan, yaitu:

Sebagai karyawan menurut dia sebaiknya tidak agresif pindah pekerjaan dahulu sebelum ada kepastian pekerjaan baru lebih stabil.

"Untuk yang punya usaha, pertimbangkan kembali rencana ekspansi," kata Gozali

Dia menyampaikan dana cadangan sebaiknya dijaga 3-12 kali pengeluaran bulanan dalam bentuk likuid. "Artinya, kalau sekarang kurang dari itu, bisa ditambah dengan mengurangi aset risiko tinggi dan menambah likuiditas," kata Gozali.

Baca Juga: Mati Suri di Awal Wabah Corona, Ekonomi Indonesia Diprediksi Cepat Pulih Seperti China, Jokowi: Patut Kita Syukuri!

Apabila sebelumnya ada rencana kredit kendaraan atau rumah, maka perlu dipelajari lagi risikonya.

"Apakah cukup aman untuk melanjutkan rencana tersebut. Jangan terlalu memaksakan, misalnya menggunakan dana cadangan untuk bayar DP (down payment)," kata Gozali.

"Intinya dana cadangan menjadi semakin penting, jangan terpakai untuk hal lain dulu. Bahkan kalau bisa ditambah," imbuhnya.

Baca Juga: Jokowi Resmi Bubarkan 18 Lembaga, Ahli Sebut Aksi Ini Hanyalah Sandiwara Belaka: Katanya Extraordinary, Pakai Marah-marah Mau Dibubarin

"Karena pembelanjaan konsumtif rumah tangga di Indonesia justru menjadi salah satu pendorong ekonomi yang dominan," kata Gozali.

Dilansir dari Wartakotalive.com, beberapa negara bahkan telah jatuh lebih dulu ke jurang resesi, sebut saja Singapura, Korea Selatan, AS, Hong Kong, hingga beberapa negara di Eropa.

Isu resesi tak luput mengikuti pertumbuhan ekonomi Indonesia .

Resesi ekonomi adalah situasi terjadinya penurunan nilai pertumbuhan ekonomi rill menjadi negatif sepanjang sepertiga tahun berturut-turut.

Beberapa indikator awal telah menunjukkan kinerja perekonomian RI tak sedang baik-baik saja.

Baca Juga: Jangan Senang Dulu, Diperpanjang Hingga Akhir Tahun, Bansos Covid-19 Bakal Dipangkas, Ini Cara Mengecek Kepesertaannya

Pemerintah hingga ekonom sepakat PDB kuartal II 2020 akan terkontraksi lebih dari 4 persen.

Bila pertumbuhan ekonomi dua kuartal atau lebih berturut-turut negatif, praktis secara teknikal Indonesia tak kebal dari resesi.

Terlepas bakal resesi atau tidak, Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyarankan Indonesia bercermin pada China.

Baca Juga: Nyalakan Tanda Bahaya, Hadi Tjahjanto Sebut Prajurit dan PNS TNI Dibayangi Krisis, Sang Panglima Minta Anak Buahnya Pelajari Ini di Dunia Maya

Ekonomi Negara Tirai Bambu ini langsung menanjak usai membukukan pertumbuhan negatif yang curam akibat pandemi.

"Dia (China) bukan hanya stimulusnya yang cepat, tapi penanganan Covid-nya juga sangat baik. Jadi artinya, ini harus jadi contoh sukses sebagai negara yang bisa keluar dari jebakan ataupun jeratan resesi," kata Josua, Senin (3/8/2020).

Informasi saja, China sempat mencatatkan PDB terkontraksi 6,8 persen pada kuartal I 2020 sejak pandemi Covid-19 menyerangnya di akhir 2019.

Namun pertumbuhan ekonomi kembali menyentuh angka positif 3,2 persen pada kuartal II 2020, meski Negara Xi Jinping tak berani menargetkan pertumbuhan ekonomi sepanjang 2020.

Baca Juga: Usai Menikah dengan Perwira Polisi, Artis Kondang Ini Tiba-tiba Banting Stir Jadi Perias Jenazah, Benarkah Sedang Terhimpit Ekonomi?

Josua bilang, Indonesia perlu memitigasi kemunculan resesi sebelum terlambat.

Caranya adalah mempercepat penyaluran bantuan sosial secara tepat sasaran dalam bentuk tunai dan stimulus lainnya yang mampu menopang ekonomi.

Sekalipun nantinya terjadi resesi, percepatan penyaluran stimulus akan membuat ekonomi kembali positif di kuartal IV 2020.

Baca Juga: Anggaran Jumbo Tapi Seret Belanja, Jokowi Soroti Kapolri dan Menteri Pertahanan, Presiden: Percepat Semua Belanjanya!

"Resesi atau tidak resesi, bukan itu konsennya. Tapi next-nya yang menjadi konsen kita apa, itu yang harus disiapkan pemerintah. Jadi sekalipun resesi, bisa langsung kembali ke (pertumbuhan) positif lagi di kuartal IV," ucap Josua. (*)