Find Us On Social Media :

Kiprah Kelompok Musisi Bumi Lorosae, Jaga Eksistensi Lagu Perlawanan dari Zaman Kependudukan Indonesia, Berikut Kisah Perjuangannya

Domingos Pinto Gabrialatau Berliku, sosok penyanyi utama Maubere Timur.

Mengenakan bekas luka bertahan hidup

Terisolasi dari seluruh dunia, kehidupan di pegunungan itu sulit, dengan pertempuran yang berlangsung setiap hari dengan pasukan pendudukan Indonesia.

Sementara tentara Indonesia dipersenjatai dengan sangat baik dan memiliki tenaga yang lebih baik, "secara taktis mereka harus banyak belajar. Masalah utama yang mereka hadapi adalah mereka tidak mengenal tanah [di pegunungan] dengan baik."

Dalam satu pertempuran, Berliku ditembak lima kali. Dia juga terluka di kaki saat serangan bom.

Baca Juga: Akui Tak Terima Pelaku Penusukannya Disebut Gila, Syekh Ali Jaber Pinta Masyarakat Tidak Terprovokasi: Jangan Dikaitkan dengan Kepentingan Politik

Dia memakai bekas lukanya tanpa kesombongan, mengatakan bahwa, di atas pegunungan, kita perlu "bertahan hidup".

"Hidup atau mati, kemerdekaan [adalah] satu-satunya jawaban. Tidak ada pilihan lain."

Pada tahun 1983, pemimpin perlawanan Xanana Gusmao, yang kemudian menjadi presiden pertama Timor Timur merdeka, menyadari bahwa tidak mungkin mengalahkan Indonesia hanya dengan kekerasan.

Baca Juga: Tajir dari Lahir, Nagita Slavina Diam-diam Miliki Rumah di Australia, Penampakan Hunian Istri Raffi Ahmad di Negeri Kanguru Diekspos Karyawan

Jadi Gusmao, yang telah kembali ke kursi lamanya sebagai perdana menteri, menggunakan musik untuk tujuan mereka.