Find Us On Social Media :

Kiprah Kelompok Musisi Bumi Lorosae, Jaga Eksistensi Lagu Perlawanan dari Zaman Kependudukan Indonesia, Berikut Kisah Perjuangannya

Domingos Pinto Gabrialatau Berliku, sosok penyanyi utama Maubere Timur.

Lagu perlawanan

Dinamakan seperti burung yang bernyanyi setiap pagi, Berliku diberi julukan oleh pemimpin perlawanan karena dia suka menyanyi dan menggubah lagu saat jeda dalam pertempuran.

Berliku didorong untuk mulai menulis musik dan puisi untuk disebarluaskan ke masyarakat, jelasnya, untuk menggunakan "musik atau alat apa pun yang bisa kita peroleh untuk melawan orang Indonesia".

Di pegunungan, tidak ada studio musik, jadi mereka merekam dengan tape recorder portabel di gua tempat mereka tinggal.

Baca Juga: Viral, Foto-foto dan Jatuhkan Diri di Kebun Teh, 3 Perempuan Ini Tuai Hujatan Netizen: Nanemnya Pake Ati Udah Gede Diinjak-injak

"Tujuannya saat itu adalah menyelundupkan musik keluar dari Timor untuk perlawanan di luar negeri," kata Berliku.

"Untuk menginspirasi dan mendidik orang-orang di luar Timor serta mendorong penduduk di seluruh negeri," sambungnya.

"Selama ini, kami dikurung, diisolasi. Itu kebijakan (mantan presiden Indonesia) Soeharto saat itu. Dia ingin mengisolasi Timor," katanya.

Berliku menggambarkan perasaan "ditinggalkan" oleh seluruh dunia dan mencari perlindungan pada musik yang merupakan cara untuk menyampaikan berita perjuangan Timor kepada dunia.

Baca Juga: Bocorkan Rahasia Rizky Billar, Soimah Lantang Sebut Sang Aktor Sudah Nembak Lesti Kejora, Sang Biduan: Rara Juga Tahu!

Bernyanyi sebagai orang bebas

Pada tahun 1990, Berliku ditangkap oleh pasukan Indonesia dan dipenjarakan di sebuah pulau terpencil, di mana ia hanya bisa dilihat saat negara tersebut memilih kemerdekaan pada tahun 1999.

Dia akan kembali ke Timor Leste pada tahun 2008, hampir satu dekade setelah kemerdekaan, dengan bantuan Palang Merah.