"Situasinya jauh lebih serius (dibandingkan bentrokan sebelumnya pada 2016). Akan lebih tepat untuk membandingkannya dengan apa yang terjadi pada tahun 1915, ketika lebih dari 1,5 juta orang Armenia dibantai selama genosida pertama abad ke-20," kata Pashinyan kepada surat kabar Le Figaro dalam wawancara yang diterbitkan Kamis malam.
"Negara Turki, yang terus menyangkal perbuatan masa lalu, sekali lagi merambah jalan genosida," tambahnya.
Melansir Reuters, Turki membantah pernyataan tersebut.
Turki mengakui bahwa banyak warga Armenia yang hidup di zaman Kekaisaran Ottoman terbunuh dalam bentrokan dengan pasukan Ottoman selama Perang Dunia Pertama.
Namun Turki membantah angka tersebut dan menyangkal bahwa pembunuhan itu diatur secara sistematis dan merupakan genosida.
Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul: "Perang hari kelima: Armenia klaim tembak jatuh empat drone di dekat ibu kota Yerevan."
(*)