Politik, kata Tshering, seperti dunia medis. Jika dalam dunia kedokteran dia memindai dan mengobati pasien, di politik dia meninjau layanan kesehatan dan berusaha meningkatkannya.
"Saya bakal melaksanakan peran ini hingga saya meninggal atau tidak bisa lagi menjalankannya dan bakal merindukan momen seperti ini lagi," tukas dia.
Lalu bagaimana dengan militernya? Di tengah dunia yang dipenuhi perselisihan bahkan peperangan, negara ini seolah tak berniat untuk benar-benar mengembangkan militernya.
Meski memiliki 75.000 personel militer, negara ini tidak memiliki satupun tank dan pesawat tempur.
Anggaran militernya? Hanya 10 juta dollar AS atau Rp 140,9 miliar.
Bandingkan dengan anggaran pertahanan Indonesia pada 2020 yang mencapai Rp140 triliun.
Dengan kata lain, anggaran pertahanan negara Bhutan hanya 0,1 % dari anggaran militer Indonesia.
Maka tak aneh, jika negara ini berada di posisi paling buncit (136) dalam daftar kekuatan militer dunia versi Global Firepower 2018.(*)
Artikel ini telah tayang di Intisari-Online.com dengan judul "Punya Militer Terlemah di Dunia, Negara Ini Malah Jadi Negara Paling Bahagia di Dunia, Tak Punya Lampu Merah dan Perdana Menterinya Jadi Dokter saat Akhir Pekan"