Find Us On Social Media :

Kehidupan Pemerintahannya Kelewat Santai, Negara Ini Sama Sekali Tak Pedulikan Militernya yang Sangat Lemah di Tengah Konflik Dunia, Warganya Malah Dicap Sebagai Masyarakat Paling Bahagia dan Sejahtera

Punya Militer Terlemah di Dunia, Negara Ini Malah Jadi Negara Paling Bahagia di Dunia, Tak Punya Lampu Merah dan Perdana Menterinya Jadi Dokter saat Akhir Pekan

Gridhot.ID - Kekuatan militer sebuah negara biasanya disamakan dengan indeks pertahanan negara tersebut.

Namun jarab banyak yang tahu jika ternyata kekuatan militer sebuah negara tak mempengaruhi kebahagiaan masyarakatnya.

Seperti negara yang diklaim memiliki militer terlemah di dunia ini malah dilabeli sebagai negara paling bahagian di dunia.

Baca Juga: Dihantui Ancaman Serangan Kapal Selam China, India Pamer Senjata Baru, Negara Lain Disebut Tak Ada yang Mendekati Jangkauan Senjatanya

Menariknya lagi, negara ini bahkan memiliki sebuah kota tanpa satu pun lampu lalu lintas, penjualan tembakau dilarang, dan siaran televisi dilaporkan hanya diizinkan pada 1999

Bahkan saat hampir semua negara di dunia menjadikan pertumbuhan ekonomi sebagai rapor keberhasilan, negara ini malah menggunakan indeks kebahagiaan.

Termasuk di dalamnya adalah menjaga lingkungan dengan menjadikan konservasi lingkungan sebagai pilar negara.

Baca Juga: Hatinya Seperti Malaikat, Dulu Dicaci Maki, Wanita Ini Telaten Rawat Mantan Mertua yang Sakit Keras, Sang Anak: Orang Sejahat Apa, Mama Gak Pernah Balas

Terbukti, negara ini dilaporkan mendapat skor negatif dalam urusan emisi karbon, dengan konstitusi negara mewajibkan 60 persen dari wilayah tetap berupa hutan.

Negara ini juga dikenal karena akowisata yang besar dengan setiap pengunjung bakal ditarik biaya hingga 250 dollar AS, sekitar Rp 3,5 juta, saat puncak kunjungan.

Belum lagi fakta bahwa Perdana Menteri negara ini juga kerap bekerja sebagai dokter di akhir pekan. Dengan alasan untuk melepas stres.

Negara apa yang dimaksud? 'Selemah' apa juga militernya? Simak ulasannya berikut ini.

Pada sebuah Sabtu di Bhutan, Dokter Lotay Tshering baru saja menyelesaikan operasi pemulihan kandung kemih di Rumah Sakit Nasional Jigme Dorji Wangchuck.

Baca Juga: Air Laut Surut dan Banyak Ikan Terdampar, Dusun Sine Tulungagung Nyaris Kosong Ditinggal Ngungsi, Warga: Tak Ada yang Bisa Ditanyai, Semua Diam, Panik

Namun Tshering bukanlah dokter biasa. Pada pekan biasa, dia adalah seorang perdana menteri kerajaan di Himalaya yang dikenal dengan "Kebahagiaan Nasional Bruto (GNH)" itu.

"Bagi saya, ini adalah pelepas stres," ujar PM yang menjabat pada 7 November 2018, dalam pemilu ketiga sejak Bhutan mengakhiri monarki absolut pada 2008.

"Ada yang melepas stres dengan bermain golf. Ada yang berkuda. Bagi saya, pelepas stres dengan berpraktik sebagai dokter," ujar Tshering dilansir AFP via Asia One Kamis (9/5/2019).

Baca Juga: Tahan Ratusan Remaja Pendemo, Polisi Temukan 12 Orang Positif Corona, Kabid Humas Polda Metro Jaya: Dari 90 Orang yang Dites

Tidak ada yang terkejut ketika sang PM yang juga dokter itu berjalan di koridor rumah sakit sambil mengenakan jas kerja. Perawat maupun staf bekerja seperti biasa.

Sang pasien, pria 40 tahun bernama Bumthap berkata dia sangat puas dengan pengobatan yang diberikan Tshering. "Setelah saya dioperasi PM yang merupakan dokter terbaik, saya lega," pujinya.

Berlatih di Bangladesh, Jepang, Australia, dan AS, Tshering memulai karir politik pada 2013. Namun, partai yang dipimpinnya saat itu kalah dalam pemilu.

Raja Jigme Khesar Namgyel Wangchuck kemudian memerintahkan Tshering untuk memimpin tim dokter dengan bantuan kerajaan ke desa terpencil guna menyedikan pengobatan gratis.

Kini setelah menjadi perdana menteri, dia menghabiskan Sabtu dengan mengobati pasien.

Baca Juga: Ekonomi Terpukul Gara-gara Corona, Menaker Singgung Soal Upah Minimum Tahun 2021, Ida Fauziyah: Dewan Pengupahan Rekomendasikan...

Kemudian Kamis dia memberi konsultasi medis untuk dokter dan peserta pelatihan.

Adapun Minggu merupakan waktunya bersama keluarga. Dia mengatakan saat berkampanye, dia berjanji bakal fokus kepada peningkatan layanan kesehatan.

Thimphu mengalami peningkatan grafik di sektor harapan hidup, penurunan kematian pada bayi, maupun pencegahan pada banyak penyakit menular.

Baca Juga: Bongkar Fakta Mengejutkan, Eks Petinggi Komnas HAM: Omnibus Law Cipta Kerja Itu Undang-undang Perbudakan di Amerika, Jokowi Hidupkan yang Telah Mati di Abad ke-20

Meski begitu, PM berusia 51 tahun itu menuturkan masih ada tantangan seperti diabetes dan kecanduan alkohol yang merupakan penyakit gaya hidup masih tetap tinggi.

"Meski terkesan lambat, saat ini kami sudah mulai memberikan perhatian kepada layanan kesehatan di tingkat kedua maupun yang bersifat tersier," terang dia.

Politik, kata Tshering, seperti dunia medis. Jika dalam dunia kedokteran dia memindai dan mengobati pasien, di politik dia meninjau layanan kesehatan dan berusaha meningkatkannya.

"Saya bakal melaksanakan peran ini hingga saya meninggal atau tidak bisa lagi menjalankannya dan bakal merindukan momen seperti ini lagi," tukas dia.

Lalu bagaimana dengan militernya? Di tengah dunia yang dipenuhi perselisihan bahkan peperangan, negara ini seolah tak berniat untuk benar-benar mengembangkan militernya.

Baca Juga: Penyakitnya Sudah Menyebar ke Organ Lain, Ayah Lesti Kejora Disarankan untuk Segera Operasi, Rizky Billar: Semoga Bapak Sembuh

Meski memiliki 75.000 personel militer, negara ini tidak memiliki satupun tank dan pesawat tempur.

Anggaran militernya? Hanya 10 juta dollar AS atau Rp 140,9 miliar.

Bandingkan dengan anggaran pertahanan Indonesia pada 2020 yang mencapai Rp140 triliun.

Baca Juga: Sarankan Agar Tidak Buru-buru Menikah dengan Rizky Billar, Vicky Prasetyo Ungkit Perjuangan Lesti Kejora: Mewakilkan Mimpi Gadis Desa

Dengan kata lain, anggaran pertahanan negara Bhutan hanya 0,1 % dari anggaran militer Indonesia.

Maka tak aneh, jika negara ini berada di posisi paling buncit (136) dalam daftar kekuatan militer dunia versi Global Firepower 2018.(*)

Artikel ini telah tayang di Intisari-Online.com dengan judul "Punya Militer Terlemah di Dunia, Negara Ini Malah Jadi Negara Paling Bahagia di Dunia, Tak Punya Lampu Merah dan Perdana Menterinya Jadi Dokter saat Akhir Pekan"