Find Us On Social Media :

Referendum Bumi Lorosae Sisakan Kisah Pilu Para Pengungsi, Pria Bernama Muhajir Ini Terpaksa Pisah dengan Adiknya yang Memihak Timor Leste Merdeka: Saya Tetap Ingin Bergabung dengan Indonesia

Ribuan warga Kota Dili antre dalam pelaksanaan Referendum Timor Timur, 30 Agustus 1999.

Serangan itu meluas menjadi kerusuhan di seluruh Timor Timur, berpusat di ibu kota Dili, hingga Tentara PBB (Interfet) dikirim untuk mengembalikan stabilitas dan menjaga perdamaian.

Krisis Timor Timor 1999 reda setelah kedatangan pasukan penjaga perdamaian tersebut, namun orang-orang Timor Timur yang mendukung integrasi dihantui ketakutan atau enggan untuk kembali ke kampung halaman.

Mereka pun memilih untuk mengungsi ke wilayah sekitar, termasuk Indonesia, sebagian ada juga yang mengungsi ke Australia.

Baca Juga: Bapaknya Dituding Jadikan Nita Thalia ATM Berjalan, Anak Nurdin Rudythia dari Istri Pertama Geram, Dendy: Hanya Adik Angkat Kok Sok Tahu

Kemerdekaan Timor Leste melahirkan pengungsi-pengungsi yang hingga kini tinggal di Indonesia dan tak kembali ke tanah kelahiran mereka.

Seperti apa kisah warga Timor Leste yang mengungsi ke Timor Barat atau wilayah Indonesia setelah referendum tahun 1999?

Salah satu kisah datang dari pria bernama Muhajir Hornai Bello dan keluarganya.

Baca Juga: Harus Pakai Rompi 8 Kg Tiap Hari, Letkol Revilia Jadi Prajurit TNI Wanita Pertama di Dunia yang Jadi Komandan PBB di Sudan, Ibu Dua Anak Lulusan Pendidikan Bahasa Inggris dengan Keberanian Tingkat Tinggi

Melansir Tribun Papua (2/9/2019), Muhajir menceritakan kisahnya pergi dari Timor Leste, juga kondisi mereka setelah mengungsi, bertepatan dengan 20 tahun kemerdekaan Timor Leste.

Muhajir tinggal di Desa Noelbaki, Kupang Tengah, Nusa Tenggara Timur (NTT) atau wilayah Timor Barat.