Find Us On Social Media :

Bak Kena Durian Runtuh, China dan Rusia Senyum Lebar Dibalik Tertekannya AS Hadapi Sanksi untuk Iran, Lengah Sedikit Bisa Hancur

(ilustrasi) China

Selain jalur kehidupan ekonomi dan kontrak militer, Rusia juga berupaya lebih terlibat dalam urusan dalam negeri Venezuela.

Pada 2019, Presiden Rusia Vladimir Putin mengecam Amerika Serikat karena menantang legitimasi kepresidenan Maduro dan menelepon Caracas untuk menyuarakan dukungannya.

Pada tahun yang sama, Departemen Keuangan menunjuk Evrofinance Mosnarbank yang berbasis di Moskow untuk membantu Venezuela menghindari sanksi AS dengan mendanai cryptocurrency negara yang gagal, Petro.

Baca Juga: Singgung Soal Aurat, Habib Usman Cecar Kartika Putri Usai Istrinya Jadi Model Fashion Show: Kalau Lenggak-lenggok, Harus Berhenti!

Namun, Moskow dan Caracas baru-baru ini menunjukkan penguatan aliansi mereka setelah penyitaan tidak sah Maduro atas Majelis Nasional Venezuela (AN) pada 7 Desember 2020.

Hanya sehari setelah pemilu yang curang, Maduro bertemu dengan pejabat Rusia di televisi nasional dan berterima kasih kepada Presiden Putin atas "minat dan dukungannya untuk demokrasi di Venezuela," menambahkan, "Rusia adalah contoh penghormatan dan kerja sama."

Pengakuan cepat Maduro atas Presiden Putin setelah mengkonsolidasikan kekuatan politik dan hukum, meskipun tidak sah, menandakan lindung nilai terpadu di masa depan terhadap Amerika Serikat dan rezim sanksinya.

Baca Juga: Dilaporkan Polisi Karena Ngaku Mimpi Bertemu Rasulullah, Haikal Hassan Nyatanya Bukan Pendakwah Sembarangan, Intip Kariernya di Perusahaan Pertambangan

Demikian pula, Iran telah mengupayakan kerja sama yang lebih besar dengan China dan Rusia di bawah sanksi AS yang berat.

Misalnya, Beijing dilaporkan menandatangani rencana 25 tahun dengan Teheran yang melibatkan investasi $ 280 miliar di sektor minyak, gas, dan petrokimia Iran, peningkatan infrastruktur transportasi dan manufaktur Iran senilai $ 120 miliar.