Jerman terus diusik dengan laporan meningkatnya tindakan represif yang dilakukan kepada demonstran Thailand yang menentang monarki. Laporan tentang kehidupan seks raja, praktik eksentrik seperti menunjuk anjing pudel sebagai penggawa, dan foto dirinya di pusat perbelanjaan Jerman mengenakan tanktop, semakin memperburuk keadaan.
Raja juga sudah lama dituduh melakukan pemborosan. The Daily Beast melaporkan awal tahun ini ia diduga membangun armada elite yang terdiri dari 38 jet dan helikopter untuk kebutuhan pribadinya.
Menurut Financial Times, biaya pemeliharaan, bahan bakar, dukungan darat, dan lain-lain dari armada itu bisa mencapai US$ 64 juta (Rp 901 miliar) untuk satu tahun fiskal mendatang.
Hukum Thailand melarang kritik terhadap keluarga kerajaan yang dinilai sebagai ‘semi-dewa’, juga rumah tangga mereka, termasuk hewan peliharaannya.
Pelanggar aturan itu dapat dihukum hingga 35 tahun penjara. Namun, laporan tentang kehidupan memanjakan raja di Jerman semakin menyebar ke negara tersebut di media sosial.
Thailand awal tahun ini berusaha membuat Facebook menghapus kelompok pengkritik monarki, yang memiliki lebih dari satu juta anggota di platform tersebut. Gerakan protes pemuda Thailand juga menuntut diakhirinya penindasan para pembangkang politik, penulisan konstitusi baru, dan reformasi monarki.
Perekonomian Thailand yang sangat bergantung pada pariwisata sangat terpukul oleh pandemi Covid-19. Kondisi ini semakin memicu keluhan terhadap gaya hidup raja yang glamor itu.
Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul Mengintip cara Raja Thailand urus negara dari Jerman dengan ditemani rombongan selir (*)