Find Us On Social Media :

Bongkar Buku Catatan Pertandingannya, Dewa Kipas Akui Menyesal Menang dari Gothamchess: Saya Tidak Merasa Menjadi Hebat!

Dewa Kipas ungkap penyesalannya terkait pertandinganya dengan Gothamchess

TJ: Pak Dadang kenapa disebut Dewa Kipas, dan pernah jadi pengurus catur?

DS: Saya dulu sebenarnya suka bermain pingpong, dan kerap juara, dari situ saya disebut Dewa Kipas (mengibas/mengipas bet pingpong). Tapi saya juga hobi catur. Sejak SMP saya suka catur. Begitu pindah ke Singkawang, 2004-2006 saya sering bergaul di Percasi sana. Teman-teman saya juga banyak pecatur profesional. Saya banyak belajar dari mereka, termasuk sering menghadiri pertandingan catur, termasuk Pak Utut (Grand Master Utut Adianto) dan Megaranto (GM Susanto Megaranto).

TJ: Anda mengagumi pecatur nasional Utut Adianto dan Anjas Novita. Sosok keduanya di mata Anda seperti apa?

DS: Mereka adalah orang-orang hebat dalam dunia catur. Pak Utut mampu bermain simultan dengan 200 pecatur sekaligus, beliau penyandang grand master yang luar biasa. Sedangkan Anjas, beliau adalah petarung hebat, dia bisa bermain di mana saja, termasuk, maaf, di jalan. Saya mengagumi jiwa petarungnya. Saya juga mengidolakan Megaranto.

TJ: Apa suatu saat nanti akan kembali comeback untuk menantang para grand master catur?

Baca Juga: Ngerasa Diberlakukan Diskriminatif di Ajang All England, Greysia Polli Tak Segan Lancarkan Protes Keras ke BWF: Harus Adil dan Jelas, Cari Solusi!

DS: Untuk sementara saya fokus dulu ke pekerjaan saya sekarang ( berjualan pakan burung), tapi saya tidak berhenti catur sepenuhnya. Kalau iseng-iseng ya biaa saja main lah. Kalau bertanding dengan para pecatur hebat, sepertinya saya nggak dulu. Saya masih jauh di bawah mereka. Jauh sekali tingkatannya. Makanya saya menolak bertanding lawan pecatur-pecatue hebat karena level saya belum sampai ke sana. Saya masih jauh di bawah.

TJ: Harapannya dari kejadian ini?

DS: Saya berharap tidak ada lagi polemik, dan berharap kejadian ini akan mampu mengangkat dunia catur yang selama ini kurang muncul. Saya bersyukur bahwa kemudian banyak yang tertarik membeli papan catur dan meningkatkan keinginan belajar catur dari masyarakat sekarang ini. (Kemal setia permana)

(*)