Find Us On Social Media :

Bongkar Buku Catatan Pertandingannya, Dewa Kipas Akui Menyesal Menang dari Gothamchess: Saya Tidak Merasa Menjadi Hebat!

Dewa Kipas ungkap penyesalannya terkait pertandinganya dengan Gothamchess

Gridhot.ID - Perseteruan di dunia catur masih terus berlangsung.

Dewa Kipas yang diduga melakukan kecurangan kini mendapat kritikan dari Percasi.

Dikutip Gridhot dari Kompas.com sebelumnya, Dewa Kipas berhasil memenangkan pertandingan dari Youtuber catur ternama Gothamchees.

Namun langkah yang penuh kejanggalan dari Dewa Kipas membuat akun tersebut dianggap melakukan kecurangan.

Akibatnya muncullah berbagai konflik yang menyeruak hingga detik ini.

Baca Juga: Jari Netizen Indonesia Terlalu Bar-bar, Mohammad Ahsan Mengaku Tak Enak Hati Lihat Atlet Negara Lain Diserang Lewat Medsos, Rekan Hendra Setiawan: Saya Berteman Sama Mereka

Dadang Subur (60) alias Dewa Kipas kini terus disoroti warga.

Keberhasilannya mengalahkan Master Internasional Levy Rozman menjadi pemicu yang membuat nama pensiunan BUMN ini jadi sorotan.

Ditemui di rumahnya di Gang Iming, Kota Bandung, Rabu (17/3), Dadang mengungkapkan berbagai kisah dan latar belakang yang membuat dirinya mampu mengalahkan pecatur profesional itu.

Dikutip Gridhot dari Tribun Jabar, alih-alih merasa bangga, Dadang justru merasa menyesal. Mengapa? Berikut petikan wawancara khusus TribunJabar.id dengan Dewa Kipas:

Tribun Jabar (TJ): Kabarnya Anda mundur dari dunia percaturan, apakah benar?

Baca Juga: Padahal Duduk Bersebelahan, Mulan Jameela dan Maia Estianty Justru Saling Asing dan Tak Menyapa Satu Sama Lain, Gelatan Mantan dan Istri Ahmad Dhani Jadi Sorotan!

Dadang Subur (DS): Sebenarnya bukan mundur, tapi behenti saja (bermain di aplikasi Chess.com). Alasannya, awalnya setelah kejadian itu (mengalahkan Levy), tiba-tiba saya tidak bisa membuka Chess.com. Ternyata kata anak saya (Ali Akbar, Red) aplikasi saya dibanned pihak sana dengan alasan saya menggunakan mesin (saat mengalahkan Levy). Jadi setelah itu saya memutuskan berhenti saja main di situ, tapi tidak secara keseluruhan berhenti main catur, kalau lagi santai mah ya main catur tetep.

TJ: Bisa diceritakan mengenai pertandingan melawan Levy, pecatur dunia yang Anda kalahkan?

DS: Begini, Levy itu pemain hebat, sangat jauh kalau dibandingkan dengan saya. Saya tidak pernah merasa mengalahkan dia, saya menang (bertanding) lebih karena Levy melakukan blunder langkah, beberapa kali. Saat bermain, dia sudah di menit 4, saya masih 3, saya pikir ya sudahlah saya tidak menyesal kalau harus kalah, asal jangan kalah bangunan (skema permaninan, Red). Anda juga sudah lihat sendiri bahwa dari permainan, Levy terus menyerang saya, benteng maju ke depan di pertahanan saya, saya hanya menggunakan langkah kombi saja (kombinasi, Red) dan mampu memanfaatkan kesempatan sedikit itu menjadi sebuah keuntungan, ditambah dia melakukan blunder sehingga saya bisa menang. Tapi sekali lagi, saya tidak merasa menang, hanya memanfaatkan blunder lawan saja.

TJ: Bagaimana perasaan Anda mendapat kritik pedas dari masyarakat yang menuding anda curang saat mengalahkan Levy, padahal anda sebenarnya bermain jujur?

DS: Semua kritikan itu saya anggap bagus, saya malah menerimanya dengan terbuka. Hanya sayangnya, beberapa di antaranya datang dari orang-orang awam (yang tidak mengerti catur) dan hal itu pula (kritikan) yang membuat saya merasa menyesal mengapa bertanding dan justru menang waktu itu. Coba kalau saya tidak bertanding atau kalah, mungkin tidak akan seperti sekarang ini jadinya.

Baca Juga: Setahun Lebih Menjangkiti Dunia, PBB Kembali Keluarkan Peringatan 'Bahaya' Soal Perkembangan Wabah Corona yang Diprediksi Bakal jadi Penyakit Musiman, Berikut Bukti-buktinya!

TJ: Apa komentar dan perasaan keluarga setelah Anda dikenal setelah mengalahkan pecatur dunia secara virtual?

DS: Yang pasti saya tidak merasa jadi hebat, karena sekali lagi semua terjadi (kemenangan lawan Levy), karena kesalahan lawan saja, bukan karena saya lebih hebat. Semua diterima biasa saja, cuma kasihan anak saya, dia harus ikut "riweuh" (susah, Red), dan Anda lihat sendiri saya masih tetap saja begini, jualan pakan burung sehari-hari.

Ali Akbar menambahkan: Saya juga nggak ngerti kenapa jadi begini, tapi harapannya semoga ini semua bisa clear secepatnya.

TJ: Apa perbedaan main catur di aplikasi chess.com dan shredder?

DS: Saya orangnya gaptek (gagap teknologi, Red), jadi sebenarnya awalnya gak ngerti soal teknologi. Tapi kemudian saya bisa belajar, diajarin sama Ali, termasuk dari Shredder, itu sangat bagus, kemudian Chess.com. Menurut saya semuanya bagus. Yang pasti saya selalu mencatat semua permainan saya, baik di Shredder maupun Chess.com untuk dipelajari lagi, terutama pertandingan yang saya kalah. Semua saya catat di buku (sambil memlerlihatkan buku catatan pertandingan). Saya juga selalu mempelajari satu teknik sampai habis, bisa bertahun-tahun.

Baca Juga: Mulai Menjajah Lidah Masyarakat Negeri Sakura, Viral di Media Sosial Soto Betawi Dijual di Jepang Seporsi Rp 160 Ribu, Netizen: Beli di Indo Segitu Kuahnya Bisa Buat Mandi

TJ: Pak Dadang kenapa disebut Dewa Kipas, dan pernah jadi pengurus catur?

DS: Saya dulu sebenarnya suka bermain pingpong, dan kerap juara, dari situ saya disebut Dewa Kipas (mengibas/mengipas bet pingpong). Tapi saya juga hobi catur. Sejak SMP saya suka catur. Begitu pindah ke Singkawang, 2004-2006 saya sering bergaul di Percasi sana. Teman-teman saya juga banyak pecatur profesional. Saya banyak belajar dari mereka, termasuk sering menghadiri pertandingan catur, termasuk Pak Utut (Grand Master Utut Adianto) dan Megaranto (GM Susanto Megaranto).

TJ: Anda mengagumi pecatur nasional Utut Adianto dan Anjas Novita. Sosok keduanya di mata Anda seperti apa?

DS: Mereka adalah orang-orang hebat dalam dunia catur. Pak Utut mampu bermain simultan dengan 200 pecatur sekaligus, beliau penyandang grand master yang luar biasa. Sedangkan Anjas, beliau adalah petarung hebat, dia bisa bermain di mana saja, termasuk, maaf, di jalan. Saya mengagumi jiwa petarungnya. Saya juga mengidolakan Megaranto.

TJ: Apa suatu saat nanti akan kembali comeback untuk menantang para grand master catur?

Baca Juga: Ngerasa Diberlakukan Diskriminatif di Ajang All England, Greysia Polli Tak Segan Lancarkan Protes Keras ke BWF: Harus Adil dan Jelas, Cari Solusi!

DS: Untuk sementara saya fokus dulu ke pekerjaan saya sekarang ( berjualan pakan burung), tapi saya tidak berhenti catur sepenuhnya. Kalau iseng-iseng ya biaa saja main lah. Kalau bertanding dengan para pecatur hebat, sepertinya saya nggak dulu. Saya masih jauh di bawah mereka. Jauh sekali tingkatannya. Makanya saya menolak bertanding lawan pecatur-pecatue hebat karena level saya belum sampai ke sana. Saya masih jauh di bawah.

TJ: Harapannya dari kejadian ini?

DS: Saya berharap tidak ada lagi polemik, dan berharap kejadian ini akan mampu mengangkat dunia catur yang selama ini kurang muncul. Saya bersyukur bahwa kemudian banyak yang tertarik membeli papan catur dan meningkatkan keinginan belajar catur dari masyarakat sekarang ini. (Kemal setia permana)

(*)