Setelah hampir selama tiga tahun menjadi penyuluh, saya mencari pekerjaan lain," katanya.
Pada akhirnya sekitar tahun 1973-an, Rahmat diterima di perusahaan batu bara sebagai teknisi.
Namun tidak bertahan lama, hingga akhirnya ia memutuskan mencari pekerjaan lain ke kota lain.
Berbekal ilmu pendidikan kesehatan ketika sebagai honorer penyuluh kesehatan, ia memutuskan untuk berprofesi sebagai jasa tensi keling.
"Waktu itu ketika awal menjadi jasa tensi keling, setiap orang memberi upah Rp 1.00, dan dalam sehari bisa menghasilan sebesar Rp 80 ribu," katanya.
Ia tidak mematok harga kepada para pelanggannya. Namun dari jasanya itu dia bisa mendapatkan uang sebesar Rp 30 ribu hingga Rp 50 ribu per hari.
Tidak jarang ia menemukan orang yang tidak membayar jasanya tersebut.