Find Us On Social Media :

Bukan Sembarangan, Kakek Ini Tersenyum Lebar Pamerkan 'Tuyul' Peliharaannya yang Mampu Antarkan Anak-anaknya Sarjana hingga Jadi PNS: Ini Hampir Selama 40 Tahun

Kakek bernama Rahmat Ali (70) ini mengaku telah memelihara 'tuyul' sekitar 40 tahun terakhir

GridHot.ID - Seorang kakek 70 tahun di Sukabumi Jawa Barat mengaku telah memelihara 'tuyul'.

Namun, bukan sembarang tuyul yang ia pelihara. Lantas apa?

Melansir TribunJabar.id, seorang kakek bernama Rahmat Ali (70) warga asal Kampung Cirumput, Desa Salaawi, Kecamatan Sukaraja hingga kini masih mempertahankan profesinya.

 Baca Juga: Ikan Hiu Ikan Tomat Jadi Jargonnya, Ade Londok Kini Bertaruh Nyawa, Kepala Terbentur Hingga Lantai Jadi Tempat Terhempas Tulang Ekor Sang Komedian, Kakak Kandung: Adik Saya Kritis

Meski telah menginjak usia senja, rambut sudah dipenuhi dengan uban, janggut mulai memutih, ia masih terlihat sehat.

Dilansir dari TribunSolo.com, Kakek bernama Rahmat Ali ini mengaku telah memelihara 'tuyul' sekitar 40 tahun terakhir.

Namun, tuyul yang dimaksud sang kakek bukan makhluk gaib.

 Baca Juga: Tanpa Dosa Tembak Mati Bocah 7 Tahun, Junta Militer Myanmar Tetap 'Masa Bodoh' dengan Kecaman Internasional, Keukeh Salahkan Warga Sipil Jadi Sumber Anarki karena Gelar Unjuk Rasa

Kakek berusia 70 tahun ini berprofesi jasa tensi darah keliling.

"Hampir setiap hari tuyul ini saya bawa ke mana-mana," katanya sambil menunjuk kotak panjang berwana merah saat ditemui di Jalan Perpustakaan, Kota Sukabumi, Rabu (24/3/2021).

Tuyul yang dia maksud bukanlah tuyul yang sering dianggap masyarakat sebagai mahluk gaib.

Tuyul dimaksud kakek tinggi kurus tersebut merupakan sebuah alat kesehatan yaitu tensimeter.

 Baca Juga: Hatinya Hancur Bertubi-tubi, Sudah Pergoki Istri Selingkuh dengan Bawahannya Sendiri, Suami Bu Kades Harus Bayar Utang Rp 150 Juta untuk Kampanye: Gajinya Sisa Rp 400 Ribu

"Ini hampir selama 40 tahun, alat ini dapat menghasilkan uang, juga dapat menghidupi istri dan anak-anak. Sehingga saya selalu menyebutnya tuyul," ucapnya sambil tersenyum lebar pada beberapa orang di sekitarnya.

Kakek bertopi loreng ini mengisahkan, sebelum berprofesi sebagai jasa tensi darah keliling, ia merupakan seorang honorer penyuluh kesehatan di Kecamatan Sukarja, Sukabumi sekitar akhir tahun 1970.

Pertama menjadi penyuluh di bidang kesehatan, kakek lulusan Sekolah Lanjutan Tingkatan Atas (SLTA) ini dibayar sebesar Rp 15 ribu per bulan, setelah menginjak satu tahun upahnya sebagai honorer naik menjadi Rp 35 ribu per bulan.

 Baca Juga: Dikira Cuma Alami Gangguan, Mesin ATM Ini Rupanya Habis Dibobol Sesosok Makhluk hingga Uang Rp 254 Juta Ludes, Begini Hasil Rekaman CCTV

"Saat itu gaji sebesar Rp 35 ribu, sedangkan utang ke warung untuk keperluan rumah tangga mencapi Rp 45 ribu.

Setelah hampir selama tiga tahun menjadi penyuluh, saya mencari pekerjaan lain," katanya.

Pada akhirnya sekitar tahun 1973-an, Rahmat diterima di perusahaan batu bara sebagai teknisi.

Namun tidak bertahan lama, hingga akhirnya ia memutuskan mencari pekerjaan lain ke kota lain.

 Baca Juga: Pukuli Perempuan yang Dihamilinya Tanpa Dinikah, Oknum Kades di Pekalongan Disebut Beri Ancaman Santet hingga Bunuh Korban: Rambut Saya Botak Dijambak, Mulut Berdarah Kena Pukul

Berbekal ilmu pendidikan kesehatan ketika sebagai honorer penyuluh kesehatan, ia memutuskan untuk berprofesi sebagai jasa tensi keling.

"Waktu itu ketika awal menjadi jasa tensi keling, setiap orang memberi upah Rp 1.00, dan dalam sehari bisa menghasilan sebesar Rp 80 ribu," katanya.

Ia tidak mematok harga kepada para pelanggannya. Namun dari jasanya itu dia bisa mendapatkan uang sebesar Rp 30 ribu hingga Rp 50 ribu per hari.

 Baca Juga: Puput Nastiti Tetap Tak Bisa Gantikan Veronica Tan di Hati Anak Ahok, Nicholas Sean Patahkan Tudingan BTP Soal Sikap Buruk Veronica Tan dengan Pamer Bukti Ini: Untung Ada Mama

Tidak jarang ia menemukan orang yang tidak membayar jasanya tersebut.

Sudah hampir selama 40 tahun ia melakoni jasa tensi darah keliling.

Ia sudah berhasil menyekolahkan anaknya hingga ke perguruan tinggi di Bandung.

Kini anaknya itu sudah menjadi guru dan telah diangkat sebagai ASN.

 Baca Juga: Bambang Pamungkas Digugat Amalia Fujiawati ke PA Jakarta Selatan Terkait Asal-usul Anak, Warganet: Lah Istrinya Kan Namanya Tribuana Dewi

"Anak ada empat, dua laki-laki, dan dua perempuan, namun satu anak saya yang laki-laki meninggal. Sedangkan kedua anak perempuan sudah menikah dan dibawa suaminya. Alhamdulillah satu anak saya kin sudah menjadi guru," katanya sambil membereskan alat tensi yang sudah ia gunakan.

Kini hampir setiap hari dia membawa tas selempang dan tas warna berwana hijau di pinggangnya. Alat tensi darah dia genggam.

 Baca Juga: Sebelumnya Sudah Heboh Pamer Pagelaran Bridal Showernya, Harapan Nadya Arifta Jadi Mantu Presiden Pupus, Aibnya yang Bikin Ilfeel Kaesang Dibongkar Sosok Ini

Tidak kenal lelah langkah demi langkah ia menyusuri permukiman warga hingga perkantoran yang ada di Kota dan Kabupaten Sukabumi untuk mencari warga yang ingin memakai jasanya. (*)