Setelah infeksi dengan virus apapun, sistem imun akan beradaptasi dengan membuat antibodi yang menempel di virus untuk menetralkannya, dan sel-T pembunuh akan menghancurkan sel yang terinfeksi.
Antibodi adalah bagian dari protein yang menempel pada bentuk molekul tertentu dari virus, dan sel-T pembunuh mengenali sel yang terinfeksi lewat bentuk molekulernya.
SARS-CoV-2 bisa merusak sistem imun dengan bermutasi sebanyak mungkin sampai bentuk molekulernya berubah melampaui yang mampu dikenali sistem imun.
Inilah mengapa Omicron tampaknya sangat sukses menginfeksi orang-orang dengan imunitas sebelumnya, entah dari vaksin atau infeksi dengan varian lain.
Mutasi-mutasi yang membuat protein puncak terikat dengan ACE2 dengan lebih kuat juga mengurangi kemampuan antibodi untuk terikat pada virus dan menetralkannya.
Data Pfizer menunjukkan jika sel-T seharusnya merespon dengan mirip kepada Omicron seperti halnya pada varian sebelumnya, yang sejalan dengan penelitian jika Omicron memiliki kefatalan lebih rendah di Afrika Selatan.
Prediksi masa depan
Pakar menyebut kemungkinan Omicron adalah varian mengkhawatirkan terakhir.
Omicron memang belum bisa dipastikan bisa langsung dikendalikan dan dihapus oleh sistem imunitas manusia.
Namun mutasi yang meningkatkan kemampuannya menyebar di muka bumi tidak meningkatkan jumlah kematian.
Artinya virus ini nanti kemungkinan besar bermutasi secara acak, berubah seiring berjalannya waktu agar terus-terusan bisa menipu sistem imunitas tubuh.
Akhirnya akan ada musim Covid yang menguat kemungkinan di musim dingin di negara-negara 4 musim seperti musim flu.
Namun setiap tahunnya virus baru tidak lebih kuat dari virus sebelumnya, hanya berbeda bentuk.(*)