Gridhot.ID - Dunia kini sedang kembali was-was dengan penyebaran mutasi virus corona jenis omicron.
Dilansir dari Kompas.com, varian omicron pertama kali ditemukan di benua Afrika dan kini sudah menyebar ke penjuru benua.
Kemunculan mutasi varian omicron pun memunculkan perdebatan kontroversial di antara ilmuan soal penyebarannya.
Dilansir dari Intisari-Online, beberapa varian dikatakan lebih baik kemampuannya untuk menyebar dari satu manusia ke manusia lain, yang akhirnya menjadi dominan saat mereka melawan yang lebih lambat menularnya.
Kemampuan penyebaran yang meningkat ini disebabkan karena mutasi di protein puncak.
Protein puncak adalah protein berbentuk seperti jamur di permukaan virus, yang membuat virus bisa terikat lebih kuat ke reseptor ACE2 di tubuh.
ACE2 adalah reseptor di permukaan sel tubuh manusia seperti di saluran pernapasan, yang mana virus akan terikat di sana agar masuk ke tubuh manusia dan mulai bereplikasi.
Mutasi-mutasi ini memperbolehkan varian Alpha dan Delta untuk menjadi dominan secara global.
Ilmuwan memperkirakan hal yang sama terjadi dengan Omicron.
Namun virus tidak dapat berkembang secara tidak pasti.
Hukum biokimia artinya virus akhirnya akan mengembangkan protein puncak hasil evolusi yang terikat dengan ACE2 sekuat mungkin.
Saat itulah, kemampuan SARS-CoV-2 untuk menyebar antara manusia tidak akan terbatasi oleh betapa hebatnya virus dapat menyebar ke luar sel.
Faktor-faktor lainnya akan membatasi penyebaran virus, seperti betapa cepat genom dapat bereplikasi, seberapa cepat virus dapat memasuki sel melalui protein TMPRSS2, dan seberapa cepat virus dari manusia yang terinfeksi bisa menyebar.
Secara prinsip, semua ini seharusnya mencapai evolusi ke kemampuan puncak.
Nah kini pertanyaannya apakah Omicron mencapai puncaknya?
Mengutip Asia Times, tidak ada alasan bagus untuk berasumsi virus ini sudah mencapai puncaknya.
Studi yang disebut "meraih fungsi" yang melihat seperti apa yang diperlukan mutasi SARS-CoV-2 bisa menyebar secara lebih efisien, telah mengidentifikasi banyak mutasi yang bisa memperbaiki kemampuan protein puncak untuk terikat pada sel manusia yang tidak dimiliki Omicron.
Selain itu, perbaikan dapat dilakukan pada aspek lain pada hidup virus, seperti replikasi genom.
Namun pakar juga berpikir jika Omicron kemungkinan adalah varian dengan kemampuan menyebar yang sudah maksimal.
Mungkin Omicron tidak bisa menyebar lebih baik karena terbatasi oleh kemungkinan genetisnya.
Dengan cara yang sama zebra tidak berevolusi terkait mata di punggung mereka untuk menghindari predator, masuk akal jika SARS-CoV-2 tidak dapat mengambil mutasi yang diperlukan untuk mencapai kondisi maksimum karena mutasi-mutasi itu perlu terjadi secara sekaligus, dan terlalu kecil kemungkinannya untuk muncul.
Bahkan dalam sebuah skenario di mana Omicron adalah varian terbaik menyebar di antara manusia, varian-varian baru akan muncul untuk mengendalikan sistem imun manusia.
Baca Juga: Cobalah Introspeksi Diri, Berikut 5 Arti Kedutan di Jari Telunjuk Tangan Kanan Menurut Primbon Jawa
Setelah infeksi dengan virus apapun, sistem imun akan beradaptasi dengan membuat antibodi yang menempel di virus untuk menetralkannya, dan sel-T pembunuh akan menghancurkan sel yang terinfeksi.
Antibodi adalah bagian dari protein yang menempel pada bentuk molekul tertentu dari virus, dan sel-T pembunuh mengenali sel yang terinfeksi lewat bentuk molekulernya.
SARS-CoV-2 bisa merusak sistem imun dengan bermutasi sebanyak mungkin sampai bentuk molekulernya berubah melampaui yang mampu dikenali sistem imun.
Inilah mengapa Omicron tampaknya sangat sukses menginfeksi orang-orang dengan imunitas sebelumnya, entah dari vaksin atau infeksi dengan varian lain.
Mutasi-mutasi yang membuat protein puncak terikat dengan ACE2 dengan lebih kuat juga mengurangi kemampuan antibodi untuk terikat pada virus dan menetralkannya.
Data Pfizer menunjukkan jika sel-T seharusnya merespon dengan mirip kepada Omicron seperti halnya pada varian sebelumnya, yang sejalan dengan penelitian jika Omicron memiliki kefatalan lebih rendah di Afrika Selatan.
Prediksi masa depan
Pakar menyebut kemungkinan Omicron adalah varian mengkhawatirkan terakhir.
Omicron memang belum bisa dipastikan bisa langsung dikendalikan dan dihapus oleh sistem imunitas manusia.
Namun mutasi yang meningkatkan kemampuannya menyebar di muka bumi tidak meningkatkan jumlah kematian.
Artinya virus ini nanti kemungkinan besar bermutasi secara acak, berubah seiring berjalannya waktu agar terus-terusan bisa menipu sistem imunitas tubuh.
Akhirnya akan ada musim Covid yang menguat kemungkinan di musim dingin di negara-negara 4 musim seperti musim flu.
Namun setiap tahunnya virus baru tidak lebih kuat dari virus sebelumnya, hanya berbeda bentuk.(*)