Find Us On Social Media :

Akibat Perang Saudara, Tahun 1526 M Pangeran Samudera Dirikan Masjid Sultan Suriansyah di Banjarmasin, Begini Sejarah Lengkapnya

Masjid Sultan Suriansyah, Banjarmasin

Arsitektur Masjid Sultan Suriansyah

Masjid yang memiliki bentuk arsitektur khas Banjar dengan menggunakan konstruksi rumah panggung ini dibangun dengan bahan dasar kayu ulin.

Mimbar yang terdapat didalam masjid juga dibuat dari kayu ulin.

Baca Juga: Simbol Toleransi Umat Beragama di Pulau Dewata, Begini Sejarah Berdirinya Masjid Ibnu Batutah, Jadi Destinasi Wisata Religi Menarik

Lalu lengkungan mimbarnya dihias dengan kaligrafi.

Kemudian, pada bagian atap masjid bersejarah ini terlihat dibangun dengan bentuk atap tumpang tiga yang dihiasi dengan hiasan mustaka.

Masjid yang letaknya dekat dengan sungai Kuin ini dibangun di atas lahan seluas 30 meter x 25 meter dengan ukuran panjang 15,50 meter, lebar 15,70 meter dan tinggi 10 meter.

Karena wilayah berdirinya Masjid Sultan Suriansyah merupakan penyebaran Islam yang berasal dari Demak, maka masjidnya pun sedikit banyak dipengaruhi oleh Kerajaan Demak.

Hal teresebut terlihat di atap merunya, ruang keramat (cella) dan tiang guru yang melingkupi ruang cella. 

Tak hanya itu, karena masjid ini sudah berumur ratusan tahun, tentunya Masjid sultan Suriansyah memiliki unsur kekunoannya sendiri.

Dikutip GridHot.ID dari BanjarmasinPost, kekunoan masjid ini dapat dilihat pada dua buah inskripsi yang tertulis pada bidang berbentuk segi delapan berukuran 50 cm x 50 cm yakni pada dua daun pintu Lawang Agung.

Pada daun pintu sebelah kanan terdapat 5 baris inskripsi Arab-Melayu berbunyi:

 

"Ba'da hijratun Nabi Shalallahu 'alahihi wassalam sunnah 1159 pada Tahun Wawu ngaran Sultan Tamjidillah Kerajaan dalam Negeri Banjar dalam tanah tinggalan Yang mulia.”

Baca Juga: Arsitekturnya Kaya Akan Nilai Filosofis, Ini Sejarah Masjid Jami Palopo, Simbol Awal Peradaban Islam di Kawasan Indonesia Timur

Sedangkan pada daun pintu sebelah kiri terdapat 5 baris inskripsi Arab-Melayu berbunyi:

"Kiai Damang Astungkara mendirikan wakaf Lawang Agung Masjid di Nagri Banjar Darussalam pada hari Isnain pada sapuluh hari bulan Sya'ban tatkala itu (tidak terbaca)”.

Kedua inskripsi ini menunjukkan pada hari Senin tanggal 10 Sya'ban 1159 telah berlangsung pembuatan Lawang Agung (pintu utama) oleh Kiai Demang Astungkara pada masa pemerintahan Sultan Sepuh atau Sultan Tamjidullah I (1734-1759).

Memiliki arsitektur yang khas dan sejarah panjang mengenai ajaran Islam, serta letaknya yang strategis, membuat Masjid Sultan Suriansyah cocok dikunjungi untuk berwisata religi dan tentunya beribadah.

Apalagi saat Ramadhan tiba.

Tak jauh dari Masjid tertua di kota Banjarmasin itu, wisatawan juga dapat berziarah ke makam tokoh tetuah Masjid Sultan Suriansyah. (*)