Nyawanya Dicabut Peluru Densus 88, Dokter Terduga Teroris yang Tewas Diburu di Sukoharjo Disebut Sering Gratiskan Biaya Pasien-pasiennya, Berikut Profilnya

Jumat, 11 Maret 2022 | 15:13
(TribunSolo.com/Vincentius Jyestha)

Jenazah teroris Dokter S tiba di rumah duka Gayam, Kecamatan Sukoharjo, Kamis (10/3/2022).

Gridhot.ID - Penangkapan terduga teroris di Sukoharjo kini jadi sorotan.

Dikutip Gridhot dari Kompas.com, S (54) disebut merupakan terduga teroris yang tinggal di Skoharjo.

Penampakan dilakukan oleh tim Densus 88 Antiteror.

Pelaku diketahui meninggal dunia dalam penangkapan tersebut usai ditembak ole tim Densus 88.

Terduga teroris diketahuit berprofesi sebagai dokter sehari-harinya.

Dikutip Gridhot dari Tribun Solo, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Sukoharjo membenarkan bila S (54), terduga teroris yang tewas ditembak Densus 88 di Sukoharjo, adalah seorang dokter yang tercatat dalam keanggotaan IDI.

Ketua IDI Sukoharjo dr Arif Budi Satria membenarkan bahwa terduga teroris S selama ini berprofesi sebagai dokter dan praktik di rumahnya di Gayam, Kecamatan Sukoharjo.

S ditangkap Densus 88 saat mengendarai mobil di Kecamatan Bendosari, Rabu (9/3/2022) malam.

"Betul, beliau dokter umum masih aktif," ungkap dia kepada TribunSolo.com, Kamis (10/3/2022).

Baca Juga: Setelah Indra Kenz dan Doni Salmanan, Nikita Mirzani Berharap Sosok Pasangan Suami Istri Pemilik Skincare Ini Ikutan Tumbang: Mudah-mudahan...

"Beliau berpraktik untuk sosial, banyak yang digratiskan oleh beliau," kata dia memeberkan.

Meski membenarkan profesi S, Arif mengaku tak mengenal sosok S secara personal.

Dirinya mengatakan jarang bertemu dengan S yang juga anggota IDI Sukoharjo.

"Kami jarang ketemu, tetapi sebagai sesama anggota IDI tentu tahu, karena beliau kan kalau mengurus surat izin praktek ke kami," aku dia.

"Sebagai pengurus, administrasi dan lain-lain harus tahu, nomor anggota induknya berapa, habis surat izin praktek kapan. Kalau sebagai personal, tidak, kenal dekat tidak," jelasnya.

Di sisi lain, Arif mengatakan prihatin karena dalam kasus ini profesi dokter terlalu disorot.

Menurutnya kegiatan seseorang tidak bisa disangkutpautkan atau dipandang dengan fokus kepada profesi.

Hanya saja, pihak IDI Sukoharjo turut berbelasungkawa karena salah satu rekan sejawatnya harus merenggang nyawa.

"Kami prihatin karena yang diblow up dokternya, padahal mengenai kegiatan perilaku masing-masing kan bukan berbasis profesi, tapi lebih ke pribadi," jelas dia.

Baca Juga: 'Dosa Besar' Hidupnya Adem Ayem Sejak Hijrah ke Bali, Tamara Bleszynski Mendadak Singgung Orang yang Merampas Harta Orang Lain, Siapa?

"Jadi kami prihatin," kata Arif menekankan.

Dari beberapa kali konfirmasi kepada pihak kepolisian dan beberapa kali pula kepolisian menghubungi, Arif mengatakan hingga saat ini status S masih terduga teroris dan bukannya teroris.

Namun demikian, Arif enggan mengomentari lebih jauh terkait kasus yang menjerat S, karena merasa bukan ranahnya berkomentar.

"Ini masih terduga sebenarnya beliau, tapi dalam proses penegakannya terjadi tindakan keras yang sampai menimbulkan kematian pada beliau. Ya kita tunggu saja proses hukumnya beliau," katanya.

"Tapi kami karena tidak mengenal secara personal dan tidak tahu kasusnya seperti apa ya tidak bisa berkomentar mengenai kasusnya, hanya bisa berharap ini selesai dengan baik," pungkasnya.

Buka Praktik di Rumah

Terduga teroris berinisial S (54) yang ditewas ditembak di Kabupaten Sukoharjo selama ini berprofesi sebagai dokter.

S ditangkap di Jalan Bekonang-Sukoharjo, Dukuh Cendono, Desa Sugihan, Kecamatan Bendosari, Rabu (9/3/2022) malam.

Sementara rumahnya berada di Kelurahan Gayam, Kecamatan Sukoharjo.

Baca Juga: Terbang ke Turki dan Tinggalkan Anak-anaknya di Jakarta, Rohimah Alli Tulis Curhatan Panjang di Instagram, Mantan Istri Kiwil: Walau Jauh Bunda Tak Pernah Lepas Kontrol

Dari pantauan TribunSolo.com Kamis (10/3/2022) siang, mendapati rumah dari terduga teroris terlihat sepi dan tak ada aktivitas.

Rumah yang berada di pinggir jalan itu memiliki pagar putih dengan banyak bunga dan tanaman tertanam di depan pagarnya.

Di teras rumahnya yang cukup luas itu terparkir sebuah sepeda motor merek Honda Karisma 125cc.

Kemudian terdapat bangku panjang warna putih yang diletakkan di samping barat pintu utama rumah.

Pada bagian jendela, tertempel sebuah plakat bertuliskan Dokter S

Di bawahnya tercantum jam praktek dirinya yakni pukul 06.00-08.00 dan 17.00-20.00.

Ketua RT Bambang Pujiana Eka Warsono menjelaskan, semenjak informasi penangkapan dengan penembekan itu rumahnya sepi.

Adapun S menuru dia berprofesi sebagai dokter.

"Pekerjaannya yang saya tahu sampai saat ini dokter, kalau kelihatannya dokter umum," ujar Bambang, kepada TribunSolo.com.

Baca Juga: Dulu Ragukan King Faaz Sebagai Anak Kandung hingga Minta Tes DNA, Galih Ginanjar Kini Bagikan Foto Lawas Putra Semata Wayang: Kamu Sangat Mirip dengan Wajahku

Sepanjang membuka praktek medis, Bambang sendiri juga tak pernah menyaksikan praktek S ramai.

"Kalau saya lewat ya tidak ramai, sepi artinya tidak ada banyak pasien," katanya.

Tak Pernah Ngobrol

Meski berprofesi sebagai dokter, menurut Bambang sosok S dikenal sebagai antisosial.

Dirinya tidak pernah bersosialisasi dengan para warga setempat.

"Semenjak saya megang Ketua RT dari 2019 itu saya mengadakan pertemuan kegiatan warga dia tidak pernah ada, tidak pernah datang, tidak pernah sosialisasi," ungkapnya heran.

Alasan S tak pernah bersosialisasi pun tak diketahui oleh Bambang.

Dirinya juga tak pernah menanyakan kepada yang bersangkutan.

Bahkan, Bambang menyebut S tak pernah membayar iuran yang hanya berjumlah Rp25.000 per bulannya.

Baca Juga: Titik Terang Kasus Kematian Tangmo Nida, Kuasa Hukum Mendapat Telepon Misterius soal Penyebab Luka di Kepala Sang Artis Thailand

"Tidak sama sekali, boleh dicek di bendahara saya, kalau yang namanya pak Sunardi itu tidak pernah iuran. Padahal iuran di tempat saya cuma Rp25.000 per bulan," katanya.

Selama ini pun Bambang tak pernah bertegur sapa ataupun mengobrol dengan S.

Sosok dokter yang disebutnya bertubuh agak gempal itu memang sudah dikenal di kampung tidak pernah beraktivitas apa-apa.

S juga dikatakan Bambang berjalan menggunakan tongkat bantu, karena kakinya pernah mengalami kecelakaan.

Hanya beberapa kali Bambang pernah berpapasan dengan S menunaikan ibadah salat.

Namun sekali lagi Bambang menegaskan tak pernah ada tutur kata atau obrolan terucap dari mulut S kepadanya.

"Biasanya kalau saya ketemu itu pas maghrib sama isya. Itu aja kadang tidak ketemu, ya tidak rutin, ya cuma pernah salat disitu," jelas dia.

Keluarga Tak Percaya Tudingan Terorisme

Perwakilan keluarga terduga teroris S (54) yang tewas ditembak Densus 88 Antiteror buka suara.

Baca Juga: Pasrah Namanya Terseret Kasus Penipuan Doni Salmanan, Komposer Alffy Rev Dapat Kucuran Dana dalam Proyek Wonderland Indonesia: Silakan Sita Komputer Saya

Perwakilan keluarga yang juga Sekretaris The Islamic Study and Action Center (ISAC) Surakarta, Endro Sudarsono mengatakan, jika S tewas dengan dua luka tembak.

Namun, pihak keluarga masih tak mempercayai pernyataan kepolisian bahwa S yang merupakan warga Kabupaten Sukoharjo terlibat kasus terorisme.

"Sekali lagi pesan dari keluarga, keluarga sedikit pun tidak meyakini kalau pak S itu terlibat kasus terorisme," terang dia rumah duka, kepada TribunSolo.com, Kamis (10/3/2022).

Selain itu, keluarga turut menyayangkan adanya tindak kekerasan yang dilakukan kepolisian hingga membuat S meregang nyawa.

"Yang jelas kita menyayangkan sikap penegakan hukum yang kemudian ada sebuah kekerasan apalagi tembak mati," terang dia.

"Mestinya ada upaya paksa, atau upaya hukum yang sifatnya melumpuhkan, bukan mematikan," jelasnya.

Tindakan kekerasan yang dimaksud Endro adalah dua luka tembak yang dialami S.

Juga fakta bahwa mobil yang dikemudikan S mengalami oleng.

"Kemudian mobil oleng, apakah kemudian olengnya itu kemudian dalam keadaan tidak sadar atau sebuah perlawanan kita tidak tahu," kata dia.

Baca Juga: Pasrah Namanya Terseret Kasus Penipuan Doni Salmanan, Komposer Alffy Rev Dapat Kucuran Dana dalam Proyek Wonderland Indonesia: Silakan Sita Komputer Saya

Lebih lanjut Endro menyampaikan pihak keluarga meminta maaf jika selama hidupnya S melakukan kesalahan.

Dia juga meminta jika ada tanggungan sesuatu terkait S untuk segera menghubungi pihak keluarga.

Terkait kekecewaanya, keluarga masih belum akan menempuh jalur hukum karena masih berkabung dan fokus memakamkan S.

"Proses hukum sudah ada yang mendekati kami, cuma belum kami sampaikan kepada pihak keluarga, tak etis masih berkabung," jelas dia.

(*)

Tag

Editor : Angriawan Cahyo Pawenang

Sumber Kompas.com, Tribun Solo