Find Us On Social Media :

'Witing Tresna Jalaran Saka Kulina', Soeharto Bongkar Kisah Perjodohannya dengan Ibu Tin yang Jarang Diketahui Orang: Tidak Didahului Cinta-cintaan Seperti Anak Muda Sekarang

Ibu Tien dan Soeharto

Saat itu Soeharto berumur 26 dan Hartinah 24.

Menurut RE. Elson dalam bukunya 'Suharto: Sebuah Biografi Politik', hubungan cinta dua insan yang berbeda latar belakang status sosialnya itu diuntungkan oleh situasi zaman revolusi.

Era revolusi memungkinkan seorang pemuda desa seperti Soeharto memiliki “pamor” karena berkecimpung sebagai perwira militer yang memiliki tempat terhormat pada masa itu.

Itulah yang membuat gambaran Soeharto berbeda di depan mata calon mertuanya, selain tentu saja karena hubungan dekat keluarga pamannya dengan orangtua Hartinah.

“Perkawinan kami tidak didahului dengan cinta-cintaan seperti yang dialami oleh anak muda di tahun delapan puluhan sekarang ini. Kami berpegang pada pepatah, ‘witing tresna jalaran saka kulina,” kata Soeharto kepada Ramadhan KH, dalam 'Ucapan, Pikiran dan Tindakan Saya'.

 Baca Juga: Pernikahannya dengan Bambang Trihatmodjo Ditentang Mati-matian oleh Tien Soeharto, Mayangsari Justru Bersyukur Saat Dibilang Mirip Ibu Mertua: Alhamdulillah

Dilansir dari SuryaMalang, dalam otobiografinya, Soeharto menulis ia dan sang istri selalu menjaga ketentraman rumah tangga dengan cinta dan pengertian.

Tak bisa dipungkiri, cinta kasih dan dukungan yang diberikan Hartinah menjadi pendorong karir Soeharto sebagai presiden.

Laiknya pasangan lain, cemburu dan cekcok suami istri juga dialami Soeharto. Namun baik Soeharto maupun Hartinah bisa menempatkan kecemburuan secara bijak.

"Hanya ada satu Nyonya Soeharto dan tidak ada lagi yang lainnya. Jika ada, akan timbul pemberontakan yang terbuka di dalam rumah tangga Soeharto," demikian tulis kata Pak Harto.

Selama 49 tahun mereka hidup berdampingan. Sampai Hartinah berpulang pada 1996.

Dan, 12 tahun kemudian, Soeharto menyusul wanita terkasihnya untuk kembali bersama.

(*)