Ia bahkan hanya lulus Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Ia lantas bergabung di sejumlah kelompok teater seperti Teater Alam, Teater Boneka, dan Teater Dinasti.
Di situlah ia menemukan caranya sendiri untuk berekspresi sebagai seniman.
Ia juga rajin menonton pertunjukan pantomim dari luar negeri yang digelar di Yogyakarta.
Selama kurang lebih tiga dasawarsa menjadi seniman pantomim, ia sudah menciptakan puluhan karya.
Tiga terbaru karya Jemek Supardi yakni 'Jemek Ngudarasa' (2013), 'Buku Harian Si Tukang Cukur' (2012), 'Calegbrutusaurus' (2009) dan lainnya.
Sebagai apresiasi untuk dedikasinya, ia mendapat penghargaan seni dari Sultan Hamengku Buwono IX.
Seniman Seni Rupa Nasirun mengenal sosok Jemek sebagai seniman yang konsisten dengan seni pantomim.
"Itu yang luar biasa dari almarhum, adalah dia konsisten tetap di Jalur pantomim walaupun kadang maaf, ya di payung kesenian pantomim ini tidak menjanjikan secara ekonomi," ungkap Nasirun saat melayat.
Nasirun juga mengenal mendiang Jemek sebagai sosok yang sering membantu antarseniman.
"Yang kedua kali dia orang yang entengan (senang membantu). Walaupun orang pertunjukan kalau ada pameran seni rupa dia selalu hadir dan selalu mendukung," lanjutnya.