Hal itu terbukti saat Jemek hadir di acara Romo Sindhunata. Saat itu, Nasirun membacakan puisi di atas panggung.
Saat puisi dibacakan, Jemek otomatis naik ke panggung dan melakukan pantomim.
Meski belum pernah kolaborasi, ia senang bisa satu panggung dengan Jemek Supardi.
"Ya itulah almarhum tidak ribet artinya dia merespons sebuah peristiwa kebudayaan ya. Jadi yang saya suka itu mereka tidak eksklusif, selalu lentur dengan para perupa, dekat dengan para penyair, penari juga ya," jelasnya.
Saat Jemek di rawat di rumah sakit, Nasirun bersama rekan-rekan seniman sempat datang menjenguk.
"Dekat (dengan seniman rupa). Kebetulan istrinya dulu orang seni rupa," tutupnya.
Menurutnya, itulah bukti bahwa seni tidak terpecah-pecah.
Walaupun Jemek kini telah tiada, karyanya tetap akan dikenang oleh banyak orang.
Selamat jalan maestro pantomim Indonesia.
(*)