GridHot.ID - Akhirnya misteri pakaian dinas Brigadir J yang digunakan saat insiden penembakan pada 8 Juli 2022 lalu diketahui keberadaanya.
Melansir tribun-medan.com, keberadaan baju dinas Brigadir J sudah terungkap setelah 26 hari kematian Brigadir J.
Pakaian dinas itu barang bukti penting yang perlu diungkap karena dapat mencari tahu penyebab kematian Brigadir Nopriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J.
Dilansir dari tribunstyle.com, setelah dikabarkan hilang, pakaian dinas Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J yang digunakan saat insiden baku tembak pada 8 Juli 2022 lalu akhirnya diketahui keberadaanya.
Berbagai cara dilakukan pihak terkait untuk mencari kebaradaan pakaian dinas tersebut.
Bukan tanpa alasan, pakaian dinas itu dianggap sangat penting karena dapat mencari tahu penyebab kematian Brigadir J.
Pihak keluarga Brigadir J melalui kuasa hukumnya telah meminta kepada penyidik untuk menunjukkan baju dinas Brigadir J.
Apalagi, polisi mengatakan ada baku tembak yang terjadi antara Brigadir J dan Bharada E pada 8 Juli 2022 di Rumah Dinas Irjen Ferdy Sambo di Kawasan Duren Tiga, Jakarta Selatan.
Kuasa Hukum keluarga Brigadir J, Kamaruddin Simanjuntak mengatakan sudah berulang kali menanyakan kepada pihak kepolisian saat menjalani pemeriksaan di Bareskrim Polri.
"Mereka tidak bisa menjawab. Sehingga dalam berita acara pemeriksaan (BAP) dituangkan, saya pertanyakan pakaian terakhir yang dipakai (Brigadir J) yaitu PDH hilang," kata Kamaruddin di Bareskrim Polri, Jakarta Selatan, Selasa (2/8/2022).
Alasan pihaknya mempertanyakan keberadaan pakaian terakhir yang dipakai Brigadir J saat tewas di rumah Irjen Ferdy Sambo, karena barang itu bisa menjadi petunjuk perihal kematian.
Satu di antaranya mengenai mengenai bercak darah hingga bekas luka tembakan.
"Kalau ditembak berarti bajunya bolong dan berdarah. Kalau ditembak dari belakang otaknya darahnya bercucuran kena ke baju."
"Kemudian dilukai di pundak kanan tentu bajunya juga rusak karena sampai luka terbuka apakah itu karena golok atau sayatan kita belum tahu," kata Kamaruddin.
Ia juga mengatakan nantinya darah di pakaian Brigadir J bisa dicocokan DNA-nya dengan kedokteran forensik.
Hal itu untuk mencocokan apakah darah tersebut benar milik Brigadir J.
"Kita cocokan DNA-nya kepada dokter forensik ini saya ambil DNAnya, simpan DNA-nya siapa tau menemukan bajunya supaya dicocokan dengan DNA yang diambil dokter forensik dengan luka yang ada di baju," ungkapnya.
Karena itu, ia mempertanyakan keberadaan pakaian terakhir Brigadir J.
"Saya kira bajunya sudah dikuasai oleh penyidik.
Ini kan harus dapat kalau ada kehilangan baju siapa yang menghilangkan.
Kemungkinan cuman dua, ada dirumah dinas itu atau RS Polri," katanya.
Bila baju itu hilang di RS Polri, tentu akan menjadi pertanyaan apa kepentingan dari dokter yang menangani Brigadir J untuk menghilangkannya.
"Apakah brigadir J dibawa ke RS dalam kondisi telanjang tidak mungkin.
Atau mungkin bajunya dibuka di rumah dinas.
Karena itu baju dan hanphone adalah barang bukti yang sangat perlu," ujarnya.
Penyidik, disebut Kamaruddin tidak transparan dalam menangani kasus tersebut.
"Mereka tertutup, hal yang sederhana saja kita tanya bajunya sudah di mana sekarang, tidak ada yang berani jawab," ujar Kamaruddin.
Tak hanya baju, kata Kamaruddin, pihaknya juga mempertanyakan keberadaan ponsel milik Brigadir J yang tak kunjung ditemukan.
Padahal, kuasa hukum terus melakukan koordinasi dengan penyidik Polri.
"Kita juga bertanya bertanya tentang apakah handphone daripada almarhum Brigadir Polisi Nofriansyah Yosua Hutabarat sudah ketemu atau belum, mereka semua tidak ada yang berani menjawab," jelasnya.
Padahal, ia menuturkan bahwa Irjen Ferdy Sambo yang diduga terlibat telah dinonaktifkan sementara oleh Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dari jabatannya sebagai Kadiv Propam dan Kasatgasus.
Terlebih, Presiden Joko Widodo pun sudah meninta Polri untuk tak menutup-nutupi pengungkapan kasus tersebut.
"Kenapa kalian masih takut, jawab saja.
Konstitusi menyatakan buka, Undang-Undang menyatakan buka, kenapa masih takut," ungkap Kamarudin.
Keberadaan Baju Dinas Brigadir J
Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo mengatakan pakaian terakhir yang digunakan Brigadir J saat kejadian dan handphonenya kini sudah berada di tangan Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Polri.
"Sudah ada di Labfor (laboratotiun forensik, red) Polri," kata Dedi dikutip TribunStyle.com dari Tribunnews, Kamis, (4/8/2022).
Di sisi lain, Dedi juga menanggapi soal klaim dari pihak Brigadir J yang menyebut penyidik tim khusus (timsus) Polri yang terlihat tertutup untuk membeberkan pengungkapan kasus tersebut.
Penyidik, hanya meminta pihak Brigadir J untuk bersurat kepada Kabareskrim Polri Komjen Agus Andrianto terkait penanganan kasusnya.
"Nanti, kan, dibuka di persidangan pengadilan negeri," kata Dedi Prasetyo.
Diketahui Brigadir J tewas di rumah dinas Irjen Ferdy Sambo, Kompleks Polri Duren Tiga, Jakarta Selatan, Jumat (8/7/2022) sore.
Kemudian jenazahnya dibawa ke RS Polri Kramat Jati pada malamnya dan dilakukan autopsi.
Setelah itu, jenazahnya diterbangkan ke kampung halamannya di Jambi dan dimakamkan di TPU Kristiani, Simpang Unit I, Desa Suka Makmur, Sungai Bahar. (*)