Find Us On Social Media :

2 Perempuan Arab Saudi Meninggal Misterius di Australia, Polisi Sampai Koar-koar Butuh Bantuan Gara-gara Jasad Keduanya Tak Berikan Petunjuk Sedikitpun

Ilustrasi Jenazah.

Ada juga laporan bahwa Asra meminta kepolisian mengeluarkan perintah penahanan terhadap seorang pria yang tidak disebutkan namanya pada 2019. Namun dia membatalkan permohonan itu tak lama setelahnya.

Polisi belum mengomentari semua laporan di atas dan BBC yang mewartakan berita ini tidak dapat memverifikasinya secara independen.

Komunitas ekspatriat Saudi gelisah

Baca Juga: Petinggi DPR Sampai Bikin Postingan yang Buat Penasaran, Isu LGBT di Kasus Ferdy Sambo Makin Liar, Kebiasaan Mantan Kadiv Propam saat Tugas di Brebes Jadi Sorotan

Apartemen itu sekarang kembali disewakan. Terdapat sebuah catatan yang menjelaskan bahwa, "menurut polisi, ini bukan kejahatan acak dan tidak berpotensi menimbulkan risiko bagi masyarakat."

Namun, kematian Asra dan Amaal menjadi sumber ketakutan bagi perempuan-perempuan Saudi di Australia.

"Banyak dari kita yang menjadi lebih waspada," kata Saffaa, seorang aktivis dan seniman yang meminta untuk diidentifikasi hanya dengan nama depannya.

Pihak berwenang dan keluarga Saudi dapat tetap menjadi ancaman bahaya bagi perempuan yang melarikan diri, bahkan setelah mereka berhasil ke luar negeri, katanya kepada BBC.

Dia merujuk pada kisah Dina Ali Lasloom, yang pada 2017 berhasil ke Filipina sebelum dipaksa oleh keluarganya untuk kembali ke Arab Saudi. Kabarnya tidak terdengar lagi sejak itu.

Mengingat Asra dan Amaal telah berhasil meninggalkan Arab Saudi, Saffaa merasa sangat sulit untuk percaya bahwa kedua bersaudara itu bunuh diri di Sydney - kota tempat tinggal mereka selama lima tahun terakhir.

Menurut sumber BBC, sebagian besar komunitas pencari suaka di kota itu mengenal mereka sebelum mereka putus kontak sekitar enam bulan lalu.

"Jelas ada yang tidak beres sehingga mereka menjadi semakin takut dan terisolasi," katanya.

“Australia tidak membantu mereka”Terlepas dari bagaimana kedua perempuan itu meninggal, jelas Australia telah mengecewakan mereka, menurut peneliti Human Rights Watch Sophie McNeill.

Lebih lanjut kata dia, setiap pencari suaka merasa hidup "sangat sulit" tetapi perempuan Saudi "sangat rentan."

“Jika Anda orang Suriah atau Afghanistan, Anda dapat menjangkau lebih banyak orang yang berada dalam situasi serupa, tetapi komunitas pencari suaka perempuan Saudi sangat kecil dan ada banyak ketakutan, banyak paranoia,” kata McNeill.

Selain itu, banyak yang menghadapi kesulitan keuangan. Di Australia, pencari suaka yang menunggu kasus mereka disebut menerima tunjangan dalam jumlah yang kecil.

"Mereka sering kali berasal dari keluarga yang mampu, secara finansial. Jadi itu benar-benar keputusan yang berani dan luar biasa ketika mereka melarikan diri," kata McNeill.

"Mereka meninggalkan keamanan finansial itu."

Saffaa setuju wanita seperti itu menghadapi keadaan yang unik. Keputusan untuk menolak visa kedua perempuan tersebut - jika benar seperti yang dilaporkan – bisa jadi langkah yang "sembrono dan lalai" dan menyebabkan stres yang luar biasa bagi mereka, tambahnya.

"Saya masih merasa terganggu dengan kemungkinan bahwa mereka tidak memiliki siapa pun untuk mendukung mereka dan memandu mereka dengan memberi tahu pilihan apa saja yang tersedia bagi mereka," kata Saffaa.

Kasus ini menggarisbawahi perlunya Australia untuk lebih mendukung komunitas pencari suaka dari Saudi, kata Saffaa dan MecNeill.

"Jelas mereka pasti menghadapi perasaan begitu sendirian dan ketakutan. Mereka datang ke sini mencari keselamatan, tapi kami tidak membantu mereka," ucapnya.

(*)