Find Us On Social Media :

Bertemu Perdana Menteri India Narendra Modi, Vladimir Putin Ungkap Ingin Segera Akhiri Perang Secepatnya, Ukraina Tolak Mentah-mentah Proses Negosiasi

Sosok presiden rusia vladimir putin dan PM India Narendra Modi.

Laporan Wartawan Gridhot.ID - Akhsan Erido Elezhar

Gridhot.ID - Memahami kekhawatiran New Delhi tentang konflik di Ukraina, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan kepada Perdana Menteri India, Narendra Modi, bahwa dia ingin mengakhiri perang "sesegera mungkin".

Dilansir Gridhot.ID dari artikel terbitan Tribunnews, 17 September 2022, keduanya bertemu pada hari Jumat (16/9/2022), di sela-sela pertemuan puncak Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO) di Samarkand, Uzbekistan.

“Saya tahu bahwa era hari ini bukanlah era perang, dan saya telah berbicara dengan Anda di telepon tentang hal ini,” kata Modi, seperti dilansir Al Jazeera.

Dia mengatakan demokrasi, diplomasi, dan dialog menjaga dunia tetap bersama.

Tetapi, Putin mengatakan bahwa Ukraina telah menolak negosiasi dan bertekad untuk mencapai tujuannya sendiri di medan perang.

“Saya tahu posisi Anda dalam konflik di Ukraina, kekhawatiran Anda yang terus-menerus Anda ungkapkan,” kata Putin kepada Modi.

“Kami akan melakukan segalanya untuk menghentikan ini (perang) sesegera mungkin."

"Sayangnya, pihak lawan, pimpinan Ukraina, mengumumkan penolakannya terhadap proses negosiasi dan menyatakan ingin mencapai tujuannya dengan cara militer.”

New Delhi dan Moskow memiliki hubungan lama sejak Perang Dingin, dan Rusia sejauh ini tetap menjadi pemasok senjata terbesar India.

Baca Juga: Dulu Punya Jabatan Penting di PARFI, Tak Disangka Sosok Mantan Suami Kedua Meriam Bellina Punya Kharisma Luar Biasa, Berparas Tampan dan Gagah

Dikutip Gridhot.ID dari artikel terbitan TribunSolo, 17 September 2022, saat ini, Rusia menguasai sekitar seperlima wilayah Ukraina setelah mengirim angkatan bersenjatanya ke wilayah tetangganya dari beberapa arah pada Februari.

Moskow mengatakan "operasi militer khusus" diperlukan untuk mencegah Ukraina digunakan sebagai platform untuk agresi Barat, dan untuk membela penutur bahasa Rusia.

Kyiv dan sekutu Baratnya menolak argumen ini sebagai dalih tak berdasar untuk perang agresi gaya kekaisaran, dan telah mendesak Rusia untuk mundur tanpa syarat.

Pada 6 September, Kyiv melancarkan serangan balasan yang mengejutkan pasukan Rusia. Serangan kilat mengakibatkan pasukan Ukraina merebut kembali sekitar 8.000 km persegi wilayah di wilayah Kharkiv.

Putin telah membuat komentar serupa kepada pemimpin China Xi Jinping pada hari Kamis, mengatakan dia memahami kekhawatiran Beijing tentang konflik tersebut.

Rusia berusaha untuk menjalin hubungan yang lebih erat dengan China dan India saat Moskow menghadapi isolasi dan sanksi berat dari Barat atas invasinya ke Ukraina.

Kedua negara telah meningkatkan pembelian energi Rusia, berdagang dengan harga diskon di pasar dunia karena negara-negara Barat membeli lebih sedikit, dan berbicara tentang membangun hubungan ekonomi yang lebih erat.

“Perdagangan kami berkembang, berkat tambahan pasokan pupuk Rusia ke pasar India, yang telah tumbuh lebih dari delapan kali lipat. Saya berharap ini akan sangat membantu sektor pertanian India,” kata Putin kepada Modi.

(*)