Gridhot.ID - Ustaz Abdul Somad membahas tentang bagaimana pernikahan yang baik bisa berlangsung.
Ustaz Abdul Somad pun akhirnya berfokus terhadap jodoh yang harus hati-hati dipilih sebelum benar-benar menikah.
Berikut penjelasan lengkap Ustaz Abdul Somad tentang memilih jodoh yang baik.
Dikutip Gridhot dari Gramedia, di dalam Islam, pernikahan itu bukan hanya berbicara tentang hubungan pria dan wanita yang diakui secara sah secara agama dan hukum negara, dan bukan hanya berbicara kebutuhan biologis laki-laki dan perempuan saja, tetapi pernikahan dalam Islam sangat erat kaitannya dengan kondisi jiwa manusia, kerohanian (lahir dan batin), nilai-nilai kemanusian, dan adanya suatu kebenaran.
Pernikahan dalam pandangan Islam merupakan kewajiban dari kehidupan rumah tangga yang harus mengikuti ajaran-ajaran keimanan dan ketaqwaan kepada Allah.
Salah satu fase dalam hidup yang lazimnya dijalani seorang muslim adalah menemukan pasangan hidup dan melangsungkan pernikahan.
Jika sudah mampu dan matang secara emosional, dengan menikah seseorang dapat menyempurnakan separuh agamanya.
Dikutip Gridhot dari Banjarmasin Post, dalam firman Allah telah digambarkan terkait jodoh, Ustadz Abdul Somad pun jabarkan syarat dua orang yang akan menjadi Jodoh.
Sehingga Ustadz Abdul Somad mengimbau agar tidak keliru menafsirkan penjelasan terkait Jodoh yang ada di Alquran.
Ustadz Abdul Somad diundang untuk membahas sejumlah pertanyaan dari warganet di youtube Daniel Mananta.
Salah satunya mengenai Jodoh, yakni tanggapan Ustadz Abdul Somad mengenai ayat Alquran Wanita-wanita yang baik untuk laki-laki yang baik berlaku sebaliknya.
"Laki-laki yang baik untuk wanita yang baik, lalu orang baca ayat ini dan terjemahannya, dan merasa diri sudah baik mengapa pasangannya tidak kemudian menganggap Alquran tak benar, itulah pentingnya baca tafsir," jelas Ustadz Abdul Somad dikutip Banjarmasinpost.co.id dari kanal youtube Daniel Mananta Network.
UAS lanjut menceritakan kronolig turunnya Surah An-Nur ayat 26 tersebut.
Surat An-Nur Ayat 26
ٱلْخَبِيثَٰتُ لِلْخَبِيثِينَ وَٱلْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَٰتِ ۖ وَٱلطَّيِّبَٰتُ لِلطَّيِّبِينَ وَٱلطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَٰتِ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ مُبَرَّءُونَ مِمَّا يَقُولُونَ ۖ لَهُم مَّغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ
Al-khabīṡātu lil-khabīṡīna wal-khabīṡụna lil-khabīṡāt, waṭ-ṭayyibātu liṭ-ṭayyibīna waṭ-ṭayyibụna liṭ-ṭayyibāt, ulā`ika mubarra`ụna mimmā yaqụlụn, lahum magfiratuw wa rizqung karīm
Artinya: Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia (surga).
"Ketika Nabi Muhammad SAW dan sahabatnya pindah dari Mekkah ke Madinah, ada salah seorang sahabat yang ingin menikah dengan wanita tunasusila (WTS), maka turunlah ayat ini, Nabi SAW menasihati kepada sahabatnya yang ingin menikah agar mencari wanita yang baik," paparnya.
Ustadz Abdul Somad menambahkan sebaiknya tidak menikahi wanita demikian yang belum taubat, namun apabila wanita itu bertaubat, memperbaiki imannya, sudah beramal shaleh, semua perbuatan dosanya di masa lalu sudah diganti Allah dengan kasih sayang dan kebaikan.
Jadi kronologis atau tafsir ayat tersebut adalah jika merasa diri baik carilah pasangan yang baik pula, karena akan melahirkan anak-anak yang diharapkan akan baik pula.
"Lalu orang yang tidak baik bagaimana? Orang yang tidak baik diselamatkan dengan dakwah," terang Ustadz Abdul Somad.
Berasal dari Bahasa Arab, makna dakwah adalah mengajak makan, sebab itu, bagi yang berdakwah biasanya mengajak orang-orang untuk kebaikan secara lemah lembut tanpa paksaan bak mengajak makan.
(*)