Istri Lukas Enembe Kicep soal Isu Aliran Dana ke KKB Papua, Ini Sosok Yulce Wenda yang Diperiksa KPK, Kuasa Hukum Tegaskan Satu Hal

Jumat, 20 Januari 2023 | 15:42
KOMPAS.com/Syakirun Ni'am dan Dok. The Office of Benny Wenda

Yulce Wenda, istri Lukas Enembe (kiri) dan petinggi KKB Papua atau OPM Benny Wenda (kanan)

Gridhot.ID - Inilah sosok Yulce Wenda, istri Lukas Enembe yang menjadi sorotan karena beredar isu adanya aliran dana kepada KKB Papua.

Yulce Wenda dikait-kaitkan dengan Benny Wenda, salah satu petinggi KKB Papua yang berjuang mati-matian melawan Indonesia untuk memerdekakan Papua.

Dalam kasus Lukas Enembe, Yulce Wenda turut diperiksa sebagai saksi atas dugaan aliran dana yang ditenggarai masuk ke KKB Papua.

Sebagaimana diketahui, Wakil Ketua KPK Alexander Marwata menyatakan pihaknya akan mendalami dugaan aliran dana korupsi Lukas ke KKB Papua.

Pernyataan itu disampaikan saat menanggapi dugaan aliran dana dari istri Lukas ke Benny Wenda. Keduanya diketahui masih satu marga.

Terkait hal ini, kuasa hukum Lukas, Stefanus Roy Rening menyebut istri kliennya, Yulce Wenda tidak memiliki hubungan dengan Benny Wenda.

Roy menuturkan bahwa kesamaan marga di Papua merupakan hal yang biasa.

"Di Papua marga itu biasa. Jadi tidak ada kaitannya antara Wenda yang ada di Inggris dengan Ibu (Yulce). Mungkin mereka satu marga," kata Roy saat ditemui Kompas.com di sekitar gedung Merah Puitih KPK, Rabu (18/1/2023).

Roy lantas menyamakan keberadaan marga di Papua itu dengan marga di suku Batak.

Menurutnya,ada banyak warga suku Batak yang memiliki marga sama. Namun, mereka belum tentu memiliki hubungan.

"Sampai hari ini tidak terkonfirmasi (ada hubungan Yulce dengan Benny Wenda)," ujar Roy.

Baca Juga: Kasihani Lukas Enembe Diciduk KPK, Inilah Profil Sebby Sambom, Pentolan KKB Papua yang Ternyata Mantan Narapidana

Sementara itu, Yulce Wenda memilih bungkam saat ditanya awak media terkait isu adanya aliran ke KKB Papua.

Momen ini tampak saat Yulce Wenda diperiksa oleh penyidik KPK pada Rabu (18/1/2023) lalu.

Ia dipanggil untuk menjalani pemeriksaan terkait dugaan suap dan gratifikasi yang bersumber dari APBD Papua.

Perkara itu menjerat Lukas Enembe dan Direktur PT Tabi Bangun Papua, Rijatono Lakka sebagai tersangka.

Pantauan Kompas.com, pada pukul 16.15 WIB, Yulce dan anaknya sudah turun dari ruang penyidik di lantai dua Gedung Merah Putih KPK.

Yulce dan anaknya, Bona, ditanya seputar jumlah pertanyaan dan materi penyidikan. Namun, keduanya memilih bungkam.

Istri Gubernur Papua itu hanya melambaikan tangan menyatakan menolak berkomentar.

Begitu pun saat ditanya seputar dugaan aliran dana ke KKBPapua atau OPM, Yulce memilih bungkam.

Lalu seperti apa profil dan sosok Yulce Wenda?

Istimewa/Tribun-Papua.com
Istimewa/Tribun-Papua.com

Yulce Wenda, istri Lukas Enembe sesaat sebelum diperiksa oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

Melansir dari Tribun-Papua.com, diketahui Yulce Wenda lahir pada 6 November 1969.

Baca Juga: Fotonya dengan Lukas Enembe Beredar, Anton Gobay yang Beli Senpi Ilegal untuk KKB Papua Akan Diadili di Filipina, Polri Usut Hubungan Mereka

Yulce dilahirkan di Pick Up Memorial Hospital Pit River, sebuah Rumah Sakit Baptis yang berlokasi di Pirime, Kabupaten Jayawijaya atau yang kini dikenal sebagai Kabupaten Lanny Jaya, Papua.

"Saya orang Lani, keluarga kami berasal dari Tiom, sebuah distrik yang sekarang menjadi ibu kota Kabupaten Lanny Jaya," kata Yulce, seperti dikutip Tribun-Papua.com dari buku berjudul Yulce Wenda Enembe Perempuan Inspirasional, Sabtu (15/10/2022).

Mama Yulce, sapaan akrbanya, adalah anak pertama dari pasangan Liwat Wenda dan Lince Ngurawe Kogoya.

"Kami enam bersaudara, semuanya perempuan," ujarnya.

Lima adiknya masing-masing bernama Irine Wenda (lahir 8 November 1983), Elisina Wenda (lahir 15 November 1987), Neri Wenda (lahir 22 Januari 1989) dan si bungsu Nopi Wenda (lahir 11 Oktober 1991).

Meski lahir di Tiom, ia tidak menikmati masa kecil bersama teman-teman sebaya dan masyarakat di kampung halamanya.

"Sejujurnya saya tidak tahu banyak tentang tempat asal saya sendiri. Saya menghabiskan masa kanak-kanak di Yali dengan lingkungan yang bertebing-tebing serta gunung-gunung,".

"Ya, saya tumbuh dan besar di Yali, Kabupaten Yalimo," ungkapnya.

Diketahui, orang Yali adalah salah satu kelompok suku utama di Papua yang menetap di sebelah timur Lembah Baliem, di dataran tinggi Bumi Cendrawasih.

"Saya melalui masa kecil di Yali karena ayah saya, Liwat Wenda, ditugaskan sebagai utusan Injil ke Panggema (nama suatu desa di Yali) sejak 14 Mei 1972, saat itu saya masih berusia 8 bulan," tuturnya.

Kata Yulce, 4 bulan pertama di Panggema, kami sekeluarga dibimbing oleh pendeta Adam Roth dan istrinya, Hannelore Roth-Flier yang mengajari kami berbahasa Yali.

Baca Juga: Sosok Direktur Penyuap Lukas Enembe Resmi Ditahan, Rijatono Lakka Ternyata Pernah Temui Langsung Gubernur Papua, KPK: Ada Pembagian Fee 14 Persen

Setelah itu, ayah saya ditugaskan ke desa lainnya yang bernama Homtonggo.

"Kami pun menjalani kehidupan di Homtonggo di mana ayah saya memberikan pelayanan kepada masyarakat di sana dari tahun 1972 hingga 1975," paparnya.

Sekolah Dasar di Pegunungan

Yulce Wenda menghabiskan masa Sekolah Dasar (SD) di daerah Pegunungan Papua.

"Saya menempuh masa sekolah dasar berpindah-pindah, sekolah dasar pertama saya adalah di SD Panggema yang berjarak cukup jauh di Kampung Sali."

"Saya bangun tiap pagi Jam 4 subuh, dan satu jam kemudian berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki selama beberapa jam," katanya.

Setelah pulang sekolah ia tiba kembali di rumah paling cepat pukul 16.00 WIT, sore.

"Sehingga tidak ada waktu untuk bermain-main dengan adik adik saya. Hanya sedikit waktu di malam hari yang bisa saya habiskan bersama adik-adik selain hari Minggu atau di hari libur," ungkapnya.

Yulce menuturkan, rute dari rumah menuju ke sekolah menjadi tantangan yang harus selalu ia hadapi.

Selain jaraknya yang jauh, kondisi jalannya pun belum baik.

Bahkan, ia harus melewati gunung-gunung serta tebing-tebing yang terjal dan curam.

Baca Juga: Gandeng 40 Pengacara, Lukas Enembe Bentuk Tim Hukum untuk Membelanya, Anak dan Istri Gubernur Papua Tolak Diperiksa KPK dengan Alasan Ini

"Saya selalu menaruh buku di atas kepala supaya tidak basah terkena air embun dari rerumputan yang cukup tinggi."

"Sebelum berangkat sekolah, ayah membekali saya dengan ubi bakar yang telah disiapkannya sejak dini hari."

"Saya tidak membawa bekal itu sampai ke sekolah, melainkan saya simpan di sebuah pohon yang selalu saya lalui dalam perjalanan. Ketika pulang ke rumah, saya ambil ubi bakar itu untuk dimakan karena perjalanan sangat jauh dan melelahkan," ungkap Yulce.

Yulce mengenyam pendidikan dasar di SD Panggema.

Polda Papua
Polda Papua

Lukas Enembe ditangkap KPK dan langsung diterbangkan ke Jakarta

Hanya ada satu orang guru pendidik di sekolah ini. Namanya Marthen Wamang.

"Namun, pada suatu hari guru saya satu-satunya itu pulang kampung sehingga tidak ada guru lagi yang mengajar di SD Panggema," ucapnya.

Lantaran SD Panggema sudah tidak memiliki guru, Yulce pun pindah sekolah ke Anggruk, salah satu distrik yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Yahukimo.

"Saya bersekolah di SD YPK Farolo Anggruk dan tinggal bersama keluarga Linggeramban Kogoya," paparnya.

Kata Yulce, sekolah SD YPK Farolo Anggruk berbeda dengan sekolah sebelumnya.

"Jumlah gurunya pun lebih banyak dari sekolah saya sebelumnya. Dan akhirnya Saya menamatkan pendidikan sekolah dasar dan memperoleh ijazah SD di Anggruk," kata Yulce.

Baca Juga: Pampers hingga Ubi Cilembu, Kebutuhan Lukas Enembe yang Ditahan di Rutan KPK Diungkap Kuasa Hukum, Begini Kondisi Sang Gubernur Papua

Melanjutkan Studi Ke Jayapura

Setelah menyelesaikan studi Sekolah Dasar (SD) di Yahukimo, Yulce hijrah ke Jayapura.

"Saya meneruskan sekolah ke Abepura, Jayapura, tepatnya di SMP YPK Sion Padang Bulan, pada tahun 1986."

"Sewaktu saya masih menetap di ibu kota provinsi Papua tersebut, mama saya meninggal dunia di Panggema, sedih sekali perasaan saya waktu itu," ujarnya.

Namun, kata Yulce, ia harus tetap tegar dan menempuh pendidikan dengan baik demi masa depan.

Di Jayapura, Yulce tinggal di asrama Pusat Pembinaan dan Pengembangan Wanita (P3W) Gereja Kristen Injili.

P3W adalah tempat pelatihan.

"Saya dan teman-teman pun ikut pelatihan sosial pada pagi hari dan sekolah pada siang harinya. Saya juga punya mama angkat di Jayapura, beliau biasa saya panggil dengan nama Mama Werimon," jelasnya.

Menurut Yulce, selama di Jayapura ia mempunyai sahabat dekat selama menjalani masa remaja.

"Lefina Noriwari, sobat karib di asrama yang juga kawan akrab saya di sekolah. Lefina Noriwari adalah sosok teman yang sangat baik terhadap saya. la sangat pengertian dan menjadi sahabat sejati saya saat kami tinggal bersama di asrama," ujar Yulce.

Lebih lanjut, kata Yulce, setelah lulus dari SMP YPK Sion pada tahun 1989, ia melanjutkan studi ke Sekolah Menengah Kejuruan Kesehatan (SMKK) juga di Jayapura.

Hingga tahun 1992 yaitu saat duduk di bangku kelas tiga SMKK.

"Saya sudah mengikuti dan menyelesaikan tugastugas sekolah dan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dengan baik."

"Hanya saja, karena suatu alasan yang akan saya ungkapkan nanti, saya tidak dapat mengikuti ujian akhir, padahal tinggal satu minggu."

"Saya tidak ikut ujian akhir di SMKK, namun Tuhan rupanya telah menyiapkan jalan lain yang lebih baik untuk saya," tandasnya.

Baca Juga: Lukas Enembe Diduga Alirkan Dana ke KKB Papua, Jubir KPK: Kami Kumpulkan Bukti

(*)

Tag

Editor : Candra Mega Sari

Sumber Kompas.com, Tribun-Papua.com