Find Us On Social Media :

Salat Tarawih Ada Berbagai Macam Versi, Ustaz Abdul Somad Ungkap Kesepakatan Para Imam di Masa Lalu

Jamaah salat tarawih masjid Jogokariyan.

"Sholat malam itu dua rakaat salam, dua rakaat salam, begitu dalam hadits sunnahnya, lalu kemudian setelah dua rakaat imam langsung berdiri, setelah 4 rakaat duduk istirahat namanya tarwihah," jelas Ustaz Abdul Somad.

"Tiga kali tarwihah jadi tarawih, jadi sholat tarawih artinya sholat yang pakai duduk istirahat, kenapa? Karena ayatnya panjang, sepanjang apa ayatnya? Sampai sahabat yang sholat sama Nabi Muhammad Sholallahu'alaihiwasallam itu tegak sampai urat-urat kakinya bengkak," jelasnya.

"Lalu kemudian setelah duduk istirahat sholat tarawih kemudian ditutup dengan sholat witir," tambahnya.

"Lalu sholat tarawih itu banyak versi rakaatnya, pada masa Umar bin Khatab dikumpulkanlah imam-imam itu disatukan yang sebelumnya mereka menyebar yang sekelompok di sini, sekelompok di sini, maka kata Umar bin Khattab alangkah baiknya bila disatukan imam-imam ini lalu kemudian diangkatlah imamnya bernama Ubay bin Kaab," terangnya.

"Tapi sahabat tidak sanggup sholat panjang seperti zaman Nabi, maka karena tak sanggup tegak lama kalau begitu rakaatnya saja ditambah, maka ditambahlah rakaatnya menjadi 20 rakaat, itulah asal-usul sholat tarawih 20 rakaat ditambah 2itir 3 jadi 23 rakaat," ungkapnya.

"Pada masa Imam Malik bin Anas meninggal 179 Hijriyah, maka sholat tarawih menjadi 36 rakaat tambah witir 39 rakaat, hal ini terdapat dalam kitab Fatawa Al-Azhar," tuturnya.

Maka, Ustaz Abdul Somad pun menuturkan ada banyak versi jumlah rakaat dalam tarawih.

"Jadi bisa saja orang sholat tarawih ayatnya misalnya satu lembar atau dua lembar tegaknya lama, tapi sujudnya sedikit.

Versi yang kedua ayatnya tidak terlalu panjang tapi rukuk dan sujudnya banyak," jelasnya.

"Sehingga dipahami jika sholat tarawih bukan mengejar target, bukan sekedar kejar berapa rakaat tapi sholat tarawih adalah bagaimana dia mengisi malam-malan Ramadhan, sebagaimana dalam hadits Nabi Siapa yang melaksanakan malam-malam Ramadhan karena beriman, karena takut kepada Allah, karena yakin, karena mengharapkan balasan dari Allah, tak mengharapkan yang lain, maka diampunkan Allah dosa-dosanya yang lalu," ujar Ustaz Abdul Somad.

(*)