Find Us On Social Media :

Jam 3 Sore Masih Bisa Kirim WhatsApp, Remaja Ini Tersesat Saat Mendaki Sendirian di Bukit Paniisan Gunung Pancar, Begini Kondisinya Saat Ditemukan

Seorang pendaki tersesat di Bukit Paniisan via Gunung Pancar, Desa Karang Tengah, Kecamatan Babakanmadang, Kabupaten Bogor,

GridHot.ID - Seorang pendaki dikabarkan tersesat saat melakukan solo trekking melalui Jalur Gunung Pancar.

Kabarnya, pendaki tersebut tersesat di Bukit Paniisan, Desa Karang Tengah, Kecamatan Babakanmadang, Kabupaten Bogor.

Diketahui bahwa ia dikabarkan tersesat pada Minggu (25/2/2024).

Dilansir dari tribunnewsbogor.com, seorang pendaki dikabarkan tersesat di Bukit Paniisan, Desa Karang Tengah, Kecamatan Babakanmadang, Kabupaten Bogor, Minggu (25/2/2024).

Kejadian itu bermula saat pendaki bernama Syahrul Ramadhan asal Citeureup itu melakukan pendakian seorang diri alias solo trekking melalui Jalur Gunung Pancar.

"Pada pukul 11.00 WIB korban berencana untuk turun, diperjalanan turun korban mulai keluar dari jalur tracking dan akhirnya tersesat," ujar Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik pada BPBD Kabupaten Bogor, M Adam Hamdani, Senin (26/2/2024).

Pada pukul 15.00 WIB, korban disebut masih bisa menghubungi temannya melalui WhatsApp untuk memberi informasi lokasi terakhir dan keadaannya saat ini.

Akan tetapi, setelah pukul 16.00 WIB korban hilang kontak dengan temannya tersebut karena handphone korban kehabisan baterai.

"Korban sudah tidak bisa dihubungi sampai menjelang malam hari," terangnya.

Setelah menerima laporan adanya orang tersesat, tim SAR gabungan pun langsung meluncur ke lokasi untuk mencari keberadaan pendaki berusia 24 tahun tersebut.

Tim SAR gabungan pun melakukan penyisiran hingga akhirnya korban berhasil ditemukan pada pukul 23.00 WIB.

Baca Juga: Pendaki yang Sempat Tersesat di Gunung Pangrango Akui Bisa Saksikan Hal-hal Lain, Terkuak Kisah Misterinya Saat Ketemu Hewan di Luar Nalar

"Korban sudah diketemukan dan berhasil dievakuasi oleh Tim SAR Gabungan dalam keadaan selamat dan saat ini sudah diserahkan kepada keluarganya," pungkasnya.

Melansir Kompas.com, menjajal trekking solo atau tanpa pendamping, terutama saat menjelajahi alam bisa menjadi kegiatan yang penuh tantangan sekaligus menyenangkan bagi sebagian orang.

Kelebihan trekking sendirian yakni bisa menyusun rencana perjalanan tanpa ada campur tangan orang lain.

Terlebih akan ada banyak pengalaman baru yang bisa didapatkan.

Pasalnya, seseorang harus bisa menghadapi berbagai tantangan yang ditemui selama perjalanan secara mandiri.

Meski terlihat seru, trekking seorang diri tanpa adanya guide atau pemandu memiliki risiko tersendiri.

Oleh karenanya, guna meminimalisasi terjadinya hal buruk saat melakukan solo trekking tanpa guide, berikut ini rangkuman beberapa tipsnya.

1. Lakukan pada pagi hari

Ketua Umum Gopala Valentara PMPA Fakultas Hukum (FH) Universitas Sebelas Maret (UNS), Toif Fadzoli, menyarankan agar memulai trekking pada pagi hari.

“Catatan penting kalau trekking solo lebih baik dilakukan pada pagi hari untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan,” jelas Toif kepada Kompas.com, Senin (24/5/2022).

Seandainya tiba-tiba terjadi hal buruk dalam perjalanan, tim penolong bisa dengan cepat datang, karena untuk menuju lokasi masih mudah dan hari pun masih terang.

Baca Juga: Ada Anak Kecil, 16 Pendaki yang Tersesat di Gunung Gede Pangrango Berhasil Ditemukan, Terkuak Identitasnya Anggota Paguyuban Ini

Sementara itu, di malam hari, pencarian akan lebih sulit dan berbahaya karena terhalang kegelapan dan hanya bisa mengandalkan senter dan cahaya bulan.

2. Membawa alat navigasi sendiri

Sebelum berangkat, persiapkan alat navigasi, seperti peta maupun Global Positioning System (GPS).

Jangan sampai melupakan dua benda tersebut saat melakukan solo trekking, karena tanpanya seseorang bisa mudah tersesat.

Selain membawa alat navigasi, pastikan terlebih dahulu sudah bisa membaca peta dan mengoperasikan GPS dengan baik.

Akan sangat berisiko sekali ketika seseorang berani melakukan solo trekking tanpa guide, tapi buta arah dan juga tak menguasai navigasi.

3. Membawa alat komunikasi

Selama trekking di alam bebas, pastinya akan sulit mendapatkan sinyal untuk berkomunikasi.

Untuk tetap bisa berkomunikasi dengan orang lain, wajib membawa walkie talkie atau handy talkie (HT).

HT diketahui merupakan sebuah alat komunikasi yang bisa digunakan untuk berbicara dengan dua orang atau lebih dengan memanfaatkan gelombang radio.

“Bawa juga Handy Talkie (HT) yang sudah terhubung sama pihak basecamp (BC),” ucap Toif.

Baca Juga: Berburu Mustika di Tempat Keramat, 16 Pendaki Gunung Gede Pangrango Tersesat Lupa Arah, Begini Kondisinya saat Ditemukan

Membawa HT yang telah terhubung dengan basecamp di sekitar lokasi trekking, akan bermanfaat, apalagi kalau sampai terjadi hal yang tak diinginkan.

Tim penyelamat bisa segera tahu dan datang untuk memberikan bantuan. (*)