Find Us On Social Media :

Lewati Pedalaman Hutan Tanpa Manusia, Polisi Krayan Pencari Pesawat Smart Aviaton Dibekali Ramuan Pengusir Setan dan 2 Mi Instan

Tim pencari pesawat dibekali ramuan pengusir setan

Gridhot.ID - Pesawat Pilatus Smart Air Aviation yang jatuh di Nunukan, Kalimantan Utara kini telah ditemukan.

Dikutip Gridhot dari Kompas TV, Pesawat Pilatus Smart Air Aviation tipe PC6 PK-SNE dinyatakan jatuh di Binuang, Nunukan, Kalimantan Utara pada Jumat, 8 Maret 2024.

Pesawat tersebut diketahui diawaki oleh Muhammad Yusuf Yusandikan Katohe (29) dan seorang teknisi Deni Sobali.

Pesawat awalnya dinyatakan hilang kontak pada pukul 11.22 WITA pada Jumat, 8 Maret 2024.

Tim SAR langsung dikirim ke kawasan hutan usai melihat adanya tanda api yang diduga dibuat oleh korban yang masih hidup.

Evakuasi korban sempat kesulitan karena cuaca buruk di lokasi jatuhnya pesawat.

Saat pertama kali ditemukan, para korban hanya bisa dibekali logistik makanan dan tidak bisa langsung dievakuasi.

Pada minggu, 10 Maret 2024 tim pencari akhirnya menemukan dua korban jatuhnya pesawat Smart Air tersebut.

Yusuf sang pilot ditemukan dalam kondisi selamat.

Sementara sang teknisi sudah meninggal dunia.

Evakuasi pun dilakukan menggunakan tim darat dan juga heli rappelling milik tim SAR.

Baca Juga: TNI AU Pakai Boeing 737 untuk Cari Pesawat Smart Air Pengangkut Sembako yang Hilang di Kalimantan, Teknologi Ini Jadi Juru Kunci Penyelamatan

Dikutip Gridhot dari Kompas.com, enam personel Polsek Krayan Selatan, Nunukan, Kalimantan Utara (Kaltara), yang ikut membantu pencarian pesawat Pilatus Smart Aviation, baru kembali ke Mapolsek setelah enam hari berada di pegunungan dan menjelajahi hutan Binuang.

Mereka adalah, Brigadir Hengki, Bripda Endy, Bripda Yoshua Widodo, Bripda Apri, Bripda Indra, dan Bripda Feri.

Anggota Bhayangkara yang merupakan putra daerah Krayan ini mengemban misi untuk mencari lokasi pesawat yang jatuh di Hutan Binuang.

Mereka rela mendaki bukit terjal dengan banyak jurang, dengan bekal beras dan masing-masing membawa dua bungkus mi instan.

‘’Kami kebetulan putra Krayan, jadi tidak lagi kaget dengan hutan dan gunung. Bekal kami cuma beras dan dua bungkus mi instan,’’ujar Bripda Endy menuturkan kisahnya menembus kedalaman hutan, mencari keberadaan pesawat Pilatus yang jatuh di wilayah Krayan, Jumat (15/3/2024).

Meski terbiasa hidup di alam liar, napas mereka tetap kembang kempis dan pakaian yang dipakai pun basah oleh keringat saat melakukan pencarian pesawat.

Mendaki bukit dan membuat jalan agar bisa melewati rimbunnya semak belukar bukan pekerjaan ringan.

Namun demikian, Endy mengatakan, tugas pencarian dianggap sebagai tanggung jawab moral. Apalagi, pesawat yang jatuh bermuatan sembako untuk pemenuhan pangan warga perbatasan RI–Malaysia di dataran tinggi Krayan.

Rombongan Endy berangkat dari Ba’liku dengan jumlah 15 orang. Tim Endy tidak bersamaan dengan ratusan warga Krayan yang juga ikut melakukan pencarian darat dari Desa Binuang.

Jarak yang ditempuh sebenarnya hanya sejauh 7,5 km jika berpatokan dengan GPS. Namun, di lapangan, rute tersebut sungguh berat karena menanjak dan masih sangat jarang dilalui manusia.

‘’Kita berhenti saat malam, buat tenda seadanya. Selain membawa beras untuk dimasak dan mencari sayuran yang bisa jadi lauk, kita juga membekali diri dengan ramuan pengusir hewan buas, dan bisa juga mengusir makhluk halus,’’kata Endy.

Baca Juga: Sosok Deni Sobali, Teknisi Pesawat Smart Air yang Tewas saat Jatuh di Kaltara, Seminggu Tak Telepon Istri di Pangandaran

Dia pun tak memerinci bahan apa saja dalam ramuan pengusir hewan buas dan hantu tersebut. Pasalnya, ramuan tersebut diberikan oleh orangtuanya.

Di hutan Krayan, masih cukup banyak macan akar dan beruang. Ramuan yang dibawa berfungsi menjauhkan gangguan binatang atau mengalihkan perhatian mereka.

Terbukti, sepanjang perjalanan, rombongan Polisi ini tidak menemui gangguan binatang buas. Hanya mendengar teriakan dari lokasi yang cukup jauh, layaknya orang meminta tolong.

‘’Kami semua mendengar macam orang teriak minta tolong saat malam. Mungkin saja itu suara korban, kita di hutan ini tidak boleh berburuk sangka supaya tidak sial. Harus positive thinking,’’lanjutnya.

Sepanjang perjalanan menembus hutan dan mendaki gunung, Endy dan lainnya terus berusaha mengusir rasa lelah dengan banyak bercanda, saling bercerita lucu.

Di kedalaman hutan, radio komunikasi mereka sering hilang sinyal sehingga mereka seringkali tidak melaporkan posisi dan keadaan mereka ke atasan.

Mengakali agar masih dalam track pencarian, sesekali satu orang di antara mereka mendaki pohon, menentukan arah untuk rute selanjutnya, dan berharap melihat tanda keberadaan pesawat yang jatuh.

Ketika ada helikopter SAR lewat, mereka ikuti jalur terbangnya.

‘’Rasa capek seakan hilang begitu melihat puing pesawat dan sembako yang berserakan. Tapi kita terlambat sampai, karena Tim SAR dari Tarakan sudah mengevakuasi korban. Mereka evakuasi siang, kami sampai jam 5 sore,’’ kata Endy.

Endy dan lainnya tidak menyesal datang terlambat, atau tidak terlibat dalam evakuasi.

Menurutnya, penemuan pesawat dan korban adalah hasil akhir yang semua orang inginkan.

Baca Juga: Kopilot Dinyatakan Tewas, Begini Kondisi Pilot Pesawat Smart Air yang Berhasil Selamat, Dievakuasi Berkat Tanda SOS

‘’Tidak ada kekecewaan, yang jelas, kita semua terlibat dalam misi pencarian dan berhasil. Kita dokumentasikan pesawat yang hancur juga sebagai bukti keterlibatan kami,’’ tegasnya.

Di tengah rasa lelah dan penat yang dialami rombongan Endy, mereka sempat bertanya kepada pilot helikopter SAR.

Apakah mereka bisa diangkut kembali ke Mapolsek Krayan Selatan, menimbang mereka harus kembali mengulang rute yang tidak mudah.

‘’Pilotnya mengatakan tidak bisa karena sudah malam juga. Besoknya heli diperintahkan kembali ke Bogor. Akhirnya kami jalan kaki lagi kembali ke Polsek Krayan Selatan,’’ katanya.

Endy mengatakan, jalan pulang yang ditempuh justru terasa ringan karena beban misi sudah termasuk berhasil.

Meski kaki terasa bengkak dan membesar, semua terbayar lunas dengan cerita keterlibatan mereka dalam misi pencarian Pilatus Smart Air yang sukses.

‘’Berangkat jalan kaki tiga hari dua malam, pulangnya juga begitu. Bekal habis sama sekali, air minum ndak ada. Tapi ndak apa-apa, itu pengalaman yang berharga,’’ kata Endy.

(*)