Tempat ibadah ini memang sering didatangin Simon karena lokasinya yang berada tak jauh dari camp tempat mereka tinggal.
Baca Juga : EKSKLUSIF: Sat 81, Pasukan Siluman Kopassus yang Diam-diam Diterjunkan untuk Buru KKB di Papua
Siapa sangka, kegiatan ibadah di hari Sabtu itu menyelamatkan Simon dari maut.
Saat Simon kembali ke camp, ia sudah mendapati kondinya berantakan, pakaian berhamburan hingga makanan berserakan di tanah.
Sebanyak 29 temannya juga sudah tidak ditemukan di camp.
Baca Juga : Duka Lara Dirasakan Oleh Jonathan Saat 4 Anggota Keluarganya Jadi Korban Pembantaian di Nduga Papua
Simon dan Joni kemudian berinisiatif untuk bertanya kepada warga sekitar.
Mendengar puluhan temannya dibawa ke Puncak Kabo dan diikat seperti tahanan perang, Simon merasa sangat kaget.
“Saya kaget, saya bingung. Tapi saya dan Pak Joni memutuskan menyusul mereka, karena katanya saya juga dicari. Waktu itu, hati saya sudah bilang, mungkin kami akan disiksa dan dipukuli di atas,” jelasnya.
Saat dua laki-laki ini sedang dalam perjalanan menuju Puncak Kabo, tiba-tiba saja ada warga yang memanggilnya dengan bahasa setempat.
Karena tidak mengerti bahasa daerah, Simon hanya memperhatikan bahasa isyarat warga yang menunjukkan pesan bahwa mereka tengah terancam akan dibunuh.