Eka mereguk laba besar, tetapi mendadak ia nyaris bangkrut karena Jepang mengeluarkan peraturan bahwa jual beli minyak kelapa dikuasai Mitsubishi yang membeli Rp 1,80 per kaleng. Padahal di pasaran harga per kalengnya Rp 6. Eka rugi besar.
Baca Juga : Kaget Saat Ahok Kenalkan Bripda Puput, Ibunda: Kok Dia Mau Ama Lu Hok!
Ia mencari peluang lain. Berdagang gula, lalu teng-teng (makanan khas Makassar dari gula merah dan kacang tanah), wijen, kembang gula. Tapi ketika mulai berkibar, harga gula jatuh, ia rugi besar, modalnya habis lagi, bahkan berutang. Eka harus menjual mobil jip, dua sedan serta menjual perhiasan keluarga termasuk cincin kawin untuk menutup utang dagang.
Tapi Eka berusaha lagi. Dari usaha leveransir dan aneka kebutuhan lainnya. Usahanya juga masih jatuh bangun. Misalnya, ketika sudah berkibar tahun 1950-an, ada Permesta, dan barang dagangannya, terutama kopra habis dijarah oknum-oknum Permesta. Modal dia habis lagi. Namun Eka bangkit lagi, dan berdagang lagi.
Melambung pesat
Usahayanya baru benar-benar melesat dan tak jatuh-jatuh setelah Orde Baru, era yang menurut Eka, “memberi kesejukan berusaha”. Pria bertangan dingin ini mampu membenahi aneka usaha yang tadinya “tak ada apa-apanya” menjadi “ada apa-apanya”. Tjiwi Kimia, yang dibangun 1976, dan berproduksi 10.000 ton kertas (1978) dipacu menjadi 600.000 ton sekarang ini.
Tahun 1980-1981 ia membeli perkebunan kepala sawit seluas 10 ribu hektar di Riau, mesin serta pabrik berkapasitas 60 ribu ton. Perkebunan dan pabrik teh seluas 1.000 hektar berkapasitas 20 ribu ton dibelinya pula.
Tahun 1982, ia membeli Bank Internasional Indonesia. Awalnya BII hanya dua cabang dengan aset Rp 13 milyar. Setelah dipegang dua belas tahun, BII kini memiliki 140 cabang dan cabang pembantu, dengan aset Rp 9,2 trilyun. PT Indah Kiat juga dibeli. Produksi awal (1984) hanya 50.000 ton per tahun. Sepuluh tahun kemudian produksi Indah Kiat menjadi 700.000 ton pulp per tahun, dan 650.000 ton kertas per tahun.
Tak sampai di bisnis perbankan, kertas, minyak, Eka juga merambah ke bisnis real estate. Ia bangun ITC Mangga Dua, ruko, apartemen lengkap dengan pusat perdagangan. Di Roxy ia bangun apartemen Green View, di Kuningan ada Ambassador.
Dulu ia susah makan makanan enak karena miskin. Kini ketika sudah “konglomerat” (dengan 70 ribu karyawan dan hampir 200 perusahaan -Red), Eka tetap susah makan enak, karena takut kolesterol.
Seorang peserta seminar “Rekayasa Ulang Proses Bisnis untuk Pengusaha Kecil dan Menengah Indonesia” di Hotel Sahid Jaya, Senin (30/1/1995) mengatakan, mengapa ketika berusia sembilan tahun ia memilih berlayar ke Indonesia bukan ke negara lain.
Eka dengan senyum mengatakan, pertanyaan itu sama dengan pertanyaan yang bunyinya begini, “Mengapa saya memilih wanita ini sebagai istri saya, mengapa bukan yang lain?” (Kompas.id/Banu Astono/Abun Sanda)
Baca Juga : Ayah Vanessa Angel: Vanessa Angel Pergi Dari Rumah Ikut dengan Cowok Kenalannya dari Facebook
Artikel ini sudah tayang di Kompas.id dengan judul Inilah cerita Eka Tjipta tentang Eka Tjipta….
Source | : | Kompas.com,kompas.id |
Penulis | : | None |
Editor | : | Rich |
Komentar