Pada saat itu, NU masih merupakan partai politik yang aktif dan Ma'ruf terpilih menjadi anggota parlemen Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat (atau Dewan Perwakilan Rakyat) dalam pemilihan nasional yang diadakan pada tahun 1971.
Enam tahun kemudian, pada tahun 1977, ia terpilih menjadi anggota Dewan Kota Jakarta sebagai anggota Partai Persatuan Pembangunan (PPP) untuk satu periode (1977-1982) dan menjabat sebagai pemimpin kaukus PPP.
Di akhir masa jabatannya, Ma'ruf kembali ke akademi dan aktivisme sosial.
Baca Juga : Bocorkan Kondisi di Belakang Panggung Debat Capres Kedua Pilpres 2019, Armand Maulana: Gelap!
Pada tahun 1989, ia ditunjuk sebagai katib 'aam, posisi senior dalam syuriah NU, dewan pemerintahan tertinggi.
Dia kemudian naik menjadi salah seorang pemimpin, mengawasi kepemimpinan eksekutif Abdurrahman Wahid.
Menyusul jatuhnya Suharto pada tahun 1998, Ma'ruf menjadi penasihat Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Wahid dan menasehati Wahid selama periode kepresidenannya di Indonesia dari 1999-2001.
Baca Juga : Rahasia Awet Cantik dan Muda Ira Koesno Sang Moderator Debat Capres 2019
Ma'ruf kembali ke politik aktif dan mewakili PKB di DPR nasional dari tahun 1999 hingga 2004.
Source | : | Twitter,kompas,Tribun Jateng |
Penulis | : | Dewi Lusmawati |
Editor | : | Dewi Lusmawati |
Komentar