Ibaratnya baru membicarakan dan melihat kasus dihilirnya saja, tapi tidak melihat dihulunya. Itulah kesalahan kita selama ini. Kita selalu ingin menyelesaikan masalah, bukan pada apa sebenarnya yang terjadi dan penyebabnya.
Istilahnya, sudah rumah terbakar baru kita bergerak memindahkan barang. Sementara rumah belum terbakar, kita tidak pernah peduli bagaimana rumah itu tidak terbakar.
Pemerintah atau kita semua harusnya serius dalam menangani persoalan yang ada didalam pendidikan ini. Jangan hanya dianggap angin lalu dan menyelesaikan persoalan hilirnya saja.
Ini seperti fenomena gunung es, kemungkinan masih banyak yang belum muncul dipermukaan.
Kepribadian pada anak didik kita harus kita akui sudah rusak atau Sprite Personality.
Maka dalam mengurus moral, mengurus karakter anak jangan hanya sekedar formalitas.
Sekarang hanya formalitas, persoalan administratif saja.
Sehingga tidak betul-betul dipahami apa yang terjadi.
Kalau mau dilakukan dalam membenahi maka semua elemen harus dilibatkan, polisi tidak mampu sendiri, harus didampingi psikolog, didampingi orang pendidikan, didampingi orang sosial lainnya.
Persoalan ini sangat komplek, bukan hanya karena melihat dimedia sosial.
Saat ini juga ada sesuatu yang hilang, termasuklah keluarga. Anak belajar dari apa yang ada dikeluarganya, bisa saja keluarga lalai.
Sebab batasan orangtua melihat pendidikan anaknya hanya berkaca dari nilai rapot dan hasil ujian semata, tapi kurang memperhatikan karakternya. (*)
Artikel ini pernah tayang di Tribun Pontianak dengan judul "Siswi SMP Pontianak Korban Pengeroyokan 12 Siswi SMA Dapat Ancaman dari Pelaku"
Source | : | Tribun Pontianak |
Penulis | : | None |
Editor | : | Seto Ajinugroho |
Komentar