"Sangat mungkin masih bertambah karena sekarang rekapitulasi suara di kecamatan sedang berlangsung, KPPS, PPS, dan PPK terus merekap suara," ujar Viryan.
Banyaknya petugas yang meninggal selama proses pemilu, baik karena kelelahan, sakit, ataupun mengalami kecelakaan, rupanya mengundang keprihatinan dari berbagai pihak, termasuk Ramlan Maulana selaku komisioner KPU Purwakarta.
Baca Juga : Ditagih Janji Potong Leher oleh Partai Gerindra, La Nyalla: Enak Saja!
Diwartakan oleh Tribun Jabar, Ramlan mengatakan bahwa tugas dan beban kerja petugas PPS di Pemilu 2019 yang mengagendakan pemilihan presiden, DPRD kota, kabupaten dan provinsi lalu pemilihan DPR dan DPD RI ini lebih berat dibanding Pemilu 2014 .
"Petugas PPS bekerja hampir seminggu sebelum hari-H dengan melaksanakan pengumuman dan sosialisasi. Lalu, 3 hari sebelum hari-H, harus mendistribusikan surat C6 yang berisi panggilan memilih. Mereka menyalin nama pemilih di DPT ke C6 secara manual," ujar Ramlan.
Mereka juga belum akan merasa tenang jika logistik pemilu belum sampai ke tangan mereka. Misalnya, logistik kotak suara hingga surat suara itu sendiri.
Baca Juga : Kebakaran Gudang Kotak Suara Pemilu 2019 Diduga Ada Unsur Kesengajaan, Polisi : Korselting Bukan Penyebabnya
Tidak jarang, proses persiapan itu sudah menguras tenaga, waktu dan pikiran. Belum rehat sejenak, pada hari-H, 17 April, mereka sudah mempersiapkan TPS dari mulai pukul 06.00. Sementara, dari pukul 07.00 hingga pukul 13.00, mereka mulai bertugas dengan melayani proses pemungutan suara.
Usai tujuh jam melayani pemungutan suara, bukannya istirahat layaknya pekerja kantoran, para petugas PPS ini langsung menggelar penghitungan suara manual.
Mereka menghitung satu persatu surat suara di lima kotak suara yang terdiri dari kotak suara pilpres, pemilihan anggota DPD dan DPR RI, DPRD kota, kabupaten dan provinsi yang jumlahnya mencapai ribuan.