Meski begitu, Rukman juga menjelaskan ada setidaknya 5 hal yang perlu kita pahami untuk bisa menghitung data hilal.
Pertama, perlunya untuk tahu perihal waktu fase bulan baru atau juga dikenal sebagai fase konjungsi atau ijtima'.
Kedua, hilal juga dipengaruhi oleh waktu terbenam matahari dan bulan di lokasi yang dihitung.
Ketiga, informasi astronomis hilal pada saat matahari terbenam (hingga saat bulan terbenam), seperti tinggi hilal, elongasi, umur bulan, lag, dan fraksi illuminasi bulan
"(Ketiga), informasi astronomis hilal pada saat matahari terbenam (hingga saat bulan terbenam). Informasi astronomis yang dimaksud adalah tinggi hilal, elongasi, umur bulan, lag, dan fraksi illuminasi bulan.
Baca Juga : Bupati Sri Wahyumi Ditangkap, Suaminya Langsung Kena Stroke dan Anak-anaknya Ngungsi ke Rumah Kontrakan
Keempat, perbandingan antara data yang dihitung tersebut dengan kriteria visibilitas hilal yang digunakan di Indonesia.
Kelima, menurut Rukman, jika rukyat akan dilaksanakan maka data Hilal tersebut berfungsi sebagai panduan bagi pengamat.
"Sebagai contoh hal ini adalah pada penentuan awal Ramadhan nanti, data hilalnya akan memenuhi ketiga kriteria (visibilitas hilal) di atas. Karena itu, secara perhitungan puasa Ramadhan 1440 H akan bersamaan pada 6 Mei 2019," ungkapnya.
Hal ini juga mengacu pada prakiraan hilal saat matahari terbenam pada 5 Mei 2019 mendatang.