"Paling tidak gejala itu ada, karena begini, bagaimana seseorang yang memang sudah berkeluarga masuk ke dalam lapas otomatis kebutuhan biologisnya tak tersalurkan," ungkapn Liberti.
"Gejala itu ada, hanya tidak etis saya buka karena itu dapur saya," tambanya.
Kejadian tersebut diduga diakibatkan karena lapas yang terlalu penuh.
Dikatakan membeludaknya narapidana di Lapas area Jabar menjadi penyebabnya.
"Ini sudah over crowded. Ibarat kata, di kamar narapidana, kaki ketemu kaki, kepala ketemu kepala, badan ketemu badan. Dampaknya munculnya homoseksualitas dan lesbian," ujar Liberti.
Liberti mengatakan hal ini harus segera diatasi karena homoseksual dianggap menular.
Salah seorang petugas yang tak ingin disebutkan namanya mengaku pernah melihat sendiri perilaku penyimpangan seksual tersebut.
"Saya kebetulan lihat laki-laki sama laki-laki," kata sang petugas.
"Saat saya kontrol, saya lihat dua napi berduaan di kamar, di pojokan dekat toilet. Perbuatannya, intinya tidak normal," ujarnya.
Source | : | Kompas.com,Tribun Jabar |
Penulis | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Editor | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Komentar