Laporan Wartawan Gridhot.ID, Angriawan Cahyo Pawenang
Gridhot.ID - Kasus pembunuhan dan mutilasi yang dilakukan Prada DP kepada kekasihnya sendiri tentu saja memberikan kesan mengerikan di masyarakat.
Dikutip Gridhot sebelumnya dari Kompas.com dan Tribun Sumsel, Prada DP diketahui membunuh dan memutilasi Fera Oktaria hingga kini harus menjalani pengadilan militer.
Prada DP disebut membunuh, memutilasi, dan membakar jasad Fera di sebuah kamar hotel.
Prada DP mengaku melakukan aksinya karena marah kekasihnya mengaku sudah hamil selama dua bulan.
Perlakuan keji Prada DP tentu saja meninggalkan cerita seram di masyarakat.
Namun bagi para peneliti, apa yang dilakukan Prada DP ternyata masih berkesan biasa saja.
Bukan karena tindakannya secara moral, namun apa yang dilakukan Prada DP ternyata bisa dilakukan siapapun juga di dunia ini.
Menurut para peneliti dan ahli, kita semua berbakat untuk menjadi Prada DP.
Dikutip Grihot dari Quartz, sebuah penelitian menyebutkan mayoritas manusia pernah berpikir untuk membunuh orang lain.
David Buss melalui penelitiannya mensurvei 5000 orang 91% pria dan 84% wanita berpikir untuk membunuh seseorang.
Bahkan sebagian besar menyampaikan keinginannya membunuh secara detail dan dianggap sangat mengerikan.
Dalam sebuah jurnal yang dipublikasikan di Nature, empat peneliti asal Spanyol menyatakan manusia adalah yang paling cenderung membunuh sesamanya.
Keempat peneliti tersebut meneliti fosil yang menunjukkan primata lebih sering melakukan kekerasan antar spesies.
Melihat hal ini, penulis pertama studi dari Estación Experimental de Zonas Áridas (EEZA), José María Gómez, berkata bahwa meskipun kekerasan mematikan merupakan bagian dari sejarah evolusioner manusia, tetapi hal ini tidak tertanam dalam gen kita.
Tingkat kekerasan yang ada dalam diri manusia nantinya tetap bergantung pada kemampuan tiap individu mengatur dirinya dalam masyarakat.
Sedikit berbeda dari Gómez; Douglas Fields, seorang pakar neurosains dan penulis buku Why We Snap, berpendapat bahwa secara biologis, kita memang cenderung bereaksi dengan kekerasan ketika dihadapkan dengan situasi tertentu.
Menurut Fields, otak manusia mampu memonitor baaya dan mengeluarkan mekanisme perlindungan diri.
Menurutnya, tiap individu di dunia ini bisa melakukan kekerasan dalam situasi tertentu karena dibutuhkan.
Namun ada juga orang yang terlalu sensitif dalam mengeluarkan mekanismenya tersebut.
Misalnya, ketika seseorang tiba-tiba marah besar karena terjebak kemacetan atau melawan hinaan verbal yang tidak seberapa dengan agresi fisik yang berlebihan.
Hal ini paling sering terjadi pada remaja karena emosi merekayag masih perlu pengontrolan yang lebih baik.
(*)