Misalnya dengan memilih campuran material sayap dan badan pesawat yang lebih ringan. Porsi baja dikurangi, aluminium makin dominan dalam bodi pesawat terbang.
Dalam dunia penerbangan, terobosan ini tersohor dengan sebutan Faktor Habibie.
Faktor Habibie bisa meringankan operating empty weight (bobot pesawat tanpa berat penumpang dan bahan bakar) hingga 10 persen dari bobot sebelumnya.
Bahkan angka penurunan ini bisa mencapai 25 persen, setelah Habibie menyusupkan material komposit ke dalam tubuh pesawat.
Faktor Habibie juga berperan dalam pengembangan teknologi penggabungan bagian per bagian kerangka pesawat.
Sehingga sambungan badan pesawat yang silinder dengan sisi sayap yang oval mampu menahan tekanan udara saat tubuh pesawat lepas landas.
Begitu juga pada sambungan badan pesawat dengan landing gear jauh lebih kokoh, sehingga mampu menahan beban saat pesawat mendarat.Faktor mesin jet yang menjadi penambah potensi fatique menjadi turun.
Tak hanya jenius dibidang pesawat terbang, Habibie juga terkenal akan keberhasilannya dalam menaklukan dolar AS.
Dikutip dari Kontan.co.id, Habibie berhasil memotong nilai tukar rupiah terhadap dolar hingga mencapai angka di bawah Rp 10.000 per dolar.