Laporan Wartawan GridHot.ID, Siti Nur Qasanah
GridHot.ID - Indonesia berduka menyusul wafatnya Presiden RI ke-3, BJ Habibie.
Habibie meninggal di RSPAD Gatot Soebroto dalam usia 83 tahun pada Rabu (11/9/2019), pukul 18.05 WIB.
Melansir Tribunnews, Habibie pernah menyandang julukan Mr Crack semasa hidupnya.
Julukan itu disandang Habibie karena keahliannya dalam menghitung crack propagation on random sampai ke atom-atom pesawat terbang.
Sebelum titik crack bisa dideteksi secara dini, para insinyur mengantispasi kemungkinan muncul keretakan konstruksi dengan cara meninggikan faktor keselamatannya (SF).
Caranya, meningkatkan kekuatan bahan konstruksi jauh di atas angka kebutuhan teoritisnya.
Akibatnya, material yang diperlukan lebih berat. Untuk pesawat terbang, material aluminium dikombinasikan dengan baja.
Namun setelah titik crack bisa dihitung, maka derajat SF bisa diturunkan.
Misalnya dengan memilih campuran material sayap dan badan pesawat yang lebih ringan. Porsi baja dikurangi, aluminium makin dominan dalam bodi pesawat terbang.
Dalam dunia penerbangan, terobosan ini tersohor dengan sebutan Faktor Habibie.
Faktor Habibie bisa meringankan operating empty weight (bobot pesawat tanpa berat penumpang dan bahan bakar) hingga 10 persen dari bobot sebelumnya.
Bahkan angka penurunan ini bisa mencapai 25 persen, setelah Habibie menyusupkan material komposit ke dalam tubuh pesawat.
Faktor Habibie juga berperan dalam pengembangan teknologi penggabungan bagian per bagian kerangka pesawat.
Sehingga sambungan badan pesawat yang silinder dengan sisi sayap yang oval mampu menahan tekanan udara saat tubuh pesawat lepas landas.
Begitu juga pada sambungan badan pesawat dengan landing gear jauh lebih kokoh, sehingga mampu menahan beban saat pesawat mendarat.Faktor mesin jet yang menjadi penambah potensi fatique menjadi turun.
Tak hanya jenius dibidang pesawat terbang, Habibie juga terkenal akan keberhasilannya dalam menaklukan dolar AS.
Dikutip dari Kontan.co.id, Habibie berhasil memotong nilai tukar rupiah terhadap dolar hingga mencapai angka di bawah Rp 10.000 per dolar.
Bahkan di akhir pemerintahannya, terutama setelah pertanggungjawabannya ditolak MPR, nilai tukar rupiah masih bertengger di level Rp 6.500 per dolar AS.
Selain itu, ia juga memulai menerapkan independensi Bank Indonesia agar lebih fokus mengurusi perekonomian.
Untuk menyelesaikan krisis ekonomi moneter dan perbaikan ekonomi Indonesia, Habibie melakukan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Melakukan rekontruksi dan rekapitulasi perbankan melalui pembentukan BPPN dan Unit Pengelola Aset Negara
2. Melikuidasi beberapa bank yang bermasalah
3. Menaikkan nilai tukar rupiah terhadap dolar hingga di bawah Rp 10.000,00
4. Membentuk lembaga pemantau dan penyelesaian utang luar negeri
5. Mengimplementasikan reformasi ekonomi yang diisyaratkan IMF
6. Mengesahkan UU No.5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan yang Tidak Sehat
7. Mengesahkan UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
(*)