Hanya berselang satu tahun saja profesi tersebut ia jadikan sebagai pegangan hidup kala merantau ke kota.
Suatu ketika, awal tahun 1980-an Marius yang tak meninggalkan opera Bataknya walaupun berada di Kota Medan.
Dikutip dari laman Kebudayaan.kemendikbud.go.id, ia diundang dalam sebuah seminar tentang musik tradisional yang diadakan di Taman budaya Medan, pada kesempatan itu Marsius beserta 5 orang pemain musik tradisional lainnya diperkenankan tampil.
Rizaldi Siagian MA, seorang ahli musik tradisional (etnomusikolog) sekaligus tenaga pengajar tetap di jurusan etnomusikologi Fakultas Satra Universitas Sumatera Utara (USU) melihat keahlian Marsius dalam bidang musik tradisional langsung berdecak kagum.
Seusai penampulan tersebut Rizaldi menemui Marsius dan menawarkannya sebagai tenaga pengajar pembantu di USU.
Kebetulan waktu itu mata kuliah praktek pertunjukan dari Batak Toba di jurusan Etnomusikologi USU sangat lemah.
Sehingga melalui Surat keputusan (SK) rektor USU, pada waktu itu Prof DR AP Parlindungan SH, salah satu pendiri jurusan musik tradisional di USU, maka diangkatlah Marsius Sitohang menjadi tenaga pengajar luar biasa dengan status honorer.
Source | : | Facebook,New York Times,kemendikbud.go.id |
Penulis | : | Nicolaus |
Editor | : | Nicolaus |
Komentar