Laporan Wartawan Gridhot.ID, Angriawan Cahyo Pawenang
Gridhot.ID - Ibu Kota Indonesia akan dipindahkan dari Jakarta.
Dikutip Gridhot dari Kompas.com, Presiden Joko Widodo mengumumkan pemindahan tersebut dalam konferensi pers di Istana Negara, Jakarta, Senin (26/8/2019).
Presiden Joko Widodo mengatakan Ibu Kota Indonesia akan dipindah di sebagian Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Jokowi mengatakan keputusannya ini telah melalui kajian intensif selama beberapa tahun.
"Pemerintah telah melakukan kajian mendalam dan intensifkan studinya selama tiga tahun terakhir," ujar Presiden.
Pengumuman tersebut juga disiarkan melalui Youtube Sekertariat Presiden.
Namun siapa sangka kalau area Ibu Kota baru dikuasai oleh orang terkaya di Indonesia.
Sosok tersebut adalah Sukanto Tanoto, pengusaha yang mendapat gelar orang terkaya di Indonesia versi majalah Forbes pada tahun 2006.
Dikutip Gridhot dari Tribun Jabar, majalah Forbes mencatat pada 2010, Sukanto Tanoto bergelimbang harta, ia miliki kekayaan mencapai 1.9 bilion US dollar.
Dikutip Gridhot dari Forbes, Sukanto merupakan owner Royal Golden Eagle yang berfokus di bidang kertas, minyak sawit, dan beberapa energi lainnya.
Sukanto juga menjadi produsen kayu plywood terbesar di dunia.
Pabriknya memproduksi berbagai macam olahan kayu mulai dari kertas hingga tisu.
Tentu saja kesuksesan Sukanto tidak dimulai secara instan.
Dirinya harus memulai bisnis dari pemasok suku cadang untuk motor maupun mobil.
Ia juga mendirikan perusahaannya bernama CV Katya Pelita pada 1972.
Mengambil kesempatan dari bisnis yang berbeda dari yang lain pada saat itu, Sukanto akhirnya berhasil memperbesar usahanya.
Produksi kayu lapis dari perusahaannya sudah diimpor dan ekspr ke berbegai negara di benua Eropa hingga sekitar Timur Tengah.
Tak ingin berpuas diri, Sukanto kembali membuka usaha baru di sektor perkebunan lahan swasta.
Mendirikan PT Inti Indorayon Utama (IIU), Sukanto memproduksi pulp, kertas dan rayon.
Dirinya juga membuka lahan di Riau sebagai Hutan Tanaman Industri.
Krisis Moneter yang sempat melanda di era 90an jadi bukti betapa tangguhnya Sukanto.
Dirinya tidak patah arah melihat krisi yang terjadi dan justru membuka bisnis lain mulai dari poperti hingga membangun Uni Plaza atau Thamrin Plaza di Medan.
Sukanto Tanoto juga menjelaskan dalam wawancaranya bersama CNBC kalau perusahaannya mampu bertahan atas kontribusinya kepada masyarakat dan negara.
Sukanto mengatakan jika suatu perusahaan ingin usahanya tetap bertahan, mereka harus bisa memiliki nilai positif di masyarakat dan negara.
Anak Sukanto, Anderson Tanoto menjelaskan kalau perusahaan keluarganya tidak pernah menggunakan metode pembakaran untuk pembebasan lahan.
Anak-anak Sukanto juga sudah diajarkan untuk senang berbagai sejak kecil.
Putri Sukanto, Belinda Tanoto menceritakan kalau tiap ulang tahun ayahnya akan selalu mengajak dirinya untuk merayakan ulang tahunnya bersama di panti asuhan.
Anak-anak Sukanto diajarkan untuk selalu dekat dengan masyarakat dan memulai usaha mereka sendiri terlebih dahulu agar punya pandangan lebih luas mengenai kehidupan bermasyarakat.
(*)