Ayah korban juga mendapatkan kabar dari teman anaknya.
"Menurut beberapa temannya, Fanly diberi ganjaran karena terlambat ke sekolah, sehingga disuruh berdiri di panas (di bawah terik sinar matahari)," bebernya.
Joni Lahingide ayah korban awalnya langsung syok mendengar kabar ini.
Padahal sebelum kejadian, ia yang mengantar Fanly ke sekolah.
"Padahal saya baru mengantarnya tadi pagi di sekolah dengan menggunakan sepeda motor," ujar Joni ke awak media saat dijumpai di rumah sakit Bhayangkara Karombasan, Selasa (01/10/2019) tadi.
Dijelaskannya, sekitar pukul 06.50 Wita, dia mengantar korban ke sekolah, setelah itu dia pergi ke rumah.
"Saya baru mau makan, baru mengambil makanan, tiba-tiba teman dari Fanly datang ke rumah dan mengatakan bahwa Fanly mengalami kecelakaan di sekolah dan sudah dibawa ke Rumah Sakit Auri," katanya.
Lanjutnya, belum sempat makan, dirinya langsung ke Rumah Sakit Auri untuk melihat anaknya.
"Saat di Rumah Sakit Auri, Fanly sudah tidak merespons panggilan saya, selanjutnya dirujuk ke Rumah Sakit Malalayang, namun anak saya sudah meninggal di perjalanan menuju rumah sakit," jelasnya.
Namun sesampainya di rumah sakit dan mengecek ternyata anaknya tidak mengalami kecelakaan melainkan pingsan di sekolah karena disuruh lari memutari lapangan sekolah.