Laporan reporter Gridhot.ID, Nicolaus Ade
Gridhot.ID - Kasus kerusuhan di Papua masih menjadi isu yang kuat disoroti publik.
Pada Senin (23/9/2019), Kerusuhan kembali terjadi di Wamena, Kabupaten Jayawijaya.
Kerusuhan ini bermula dari aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh siswa di Wamena.
Namun, aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh para siswa di Kota Wamena berujung rusuh.
Dikutip dari Kompas, demonstran bersikap anarkistis hingga membakar rumah warga, kantor pemerintah, PLN, dan beberapa kios masyarakat.
Unjuk rasa yang berujung rusuh itu diduga dipicu oleh perkataan bernada rasial seorang guru terhadap siswanya di Wamena.
Hal itu membuat siswa marah hingga kemudian kabar itu meluas dan memicu aksi unjuk rasa pelajar di Kota Wamena.
Akibat kerusuhan yang terjadi, korban pun berjatuhan.
Beberapa orang dikabarkan mengalami luka berat bahkan ada yang meninggal dunia.
Namun nasib mujur masih menyertai seorang perantau asal Minang Erizal (42).
Melansir dari Antaranews.com, Pria asal Sungan Rapan, Koto Nan Tigo IV Koto Hilir, Batang Kapas, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat ini selamat dari kerusuhan di Wamena.
Pada saat terjebak di tengah kerusuhan, yang ia lakukan adalah berpura-pura mati.
"Allhamdulillah saya berhasil selamat dari peristiwa itu, namun sayang anak dan istri saya meninggal dunia karena terbakar," kata Erizal.
Berdasarkan keterangan dari Erizal ia menceritakan kronologi awalnya kerusuhan itu menimpa dirinya dan keluarga.
Saat itu ia sedang berada di kios tempatnya bekerja, lalu datanglah sejumlah orang berkerumun mendatangi beberapa kios termasuk kiosnya.
"Jumlah mereka sekitar 30an orang dan kami sama sekali tak mengenal mereka," ujarnya.
Ia beserta anak dan istrinya pun berusaha untuk menyelamatkan diri, namun sayangnya terkepung di dalam rumah yang berada di belakang kios tersebut.
Massa yang datang pun memaksa untuk dibukakan pintu.
"Salah seorang kemenakan saya yang bernama Yoga mencoba menahan pintu, namun mereka berhasil mendobraknya, sehingga kami dilempari, ditembaki dengan panah dan kami sudah pasrah mati," katanya.
Akhirnya keponakan, anak dan istrinya meninggal ditempat karena ditikam dengan parang oleh massa yang anarkis.
Sementara itu, ia pun sempat menyelamatkan diri dengan berpura-pura mati di dalam rumah tersebut, namun tetap mengalami luka bakar.
"Karena setelah kami ditikam, rumah itu dibakar namun saya cepat bangkit dan menyelamatkan diri tetapi tetap saja kepala dan tangan saya terbakar," imbuhnya.
Erizal pun lari dan meminta bantuan kepada teman-teman yang ada di kodim, namun mereka tak bisa berbuat apa-apa karena mobil tak bisa masuk ke lokasi.
"Dua jam setelah itu barulah datang bantuan, saya langsung dibawa ke rumah sakit diobati pihak medis karena mengalami luka bakar di beberapa badan saya," ujarnya.
Ayah dari dua anak ini merantau ke Wamena sudah sekitar enam tahun yang lalu.
Ia pergi berdagang untuk menghidupi keluarga dan mencari biaya untuk menyekolahkan anaknya.
Erizal mempunyai dua anak, anak pertama bernama James Lugian Rizal (13) tegah bersekolah di SMP Serambi Mekah, Pdang Panjang dan anak keduanya telah meninggal dunia bersama istrinya.
Dari konflik yang terjadi ia berharap supaya permasalahan tersebut segera terselesaikan.
Sehingga tak banyak korban jiwa lagi yang berjatuhan dan para perantau Minang di sana bisa segera dipulangkan dari Wamena.(*)