Laporan Wartawan Gridhot.ID, Angriawan Cahyo Pawenang
Gridhot.ID - Pembajakan pesawat memang menjadi tragedi teror yang tidak akan diharapakan siapapun.
Namun siapa sangka kalau di Indonesia ini pernah ada kejadian pembajakan pesawat satu-satunya yang pernah terjadi.
Kejadian itu terjadi pada tahun 1981 dan menimpa sebuah pesawat DC-9 Woyla.
Kejadian tersebut menjadi satu-satunya tragedi terorisme yang menimpa maskapai penerbangan Indonesia.
Dikutip Gridhot dari Arsip Kompas dan Kompas.com, pembajakan pesawat Woyla bermula pada tanggal 28 Maret 2019.
Berdasarkan arsip harian Kompas, pesawat tersebut tiba-tiba dibajak di udara antara Palembang-Medan sekitar pukul 10.10 WIB.
Pesawat tersebut tiba-tiba dibelokkan ke arah bandara internasional Penang, Malaysia.
"Pesawat dibajak oleh enam orang yang dapat berbahasa Indonesia. Mereka bersenjatakan pistol dan beberapa buah granat," ujar Menteri Pertahanan dan Keamanan Muhammad Jusuf saat itu.
Para pembajak ternyata hanya berjumlah lima orang dan mereka menuntut agar 80 orang tahanan yang terlibat dalam penyerangan Kosekta 8606 Pasir Kaliki di Bandung pada 11 Maret 1981 dibebaskan.
Mereka juga meminta uang tebusan sebesar 1,5 juta dollar AS.
Meski sempat transit di Penang, Malaysia, para pembajak hanya melepaskan satu orang penumpang bernama Hulda Panjaitan.
Seiring berjalannya waktu diketahui pula kalau pesawat tersebut ternyata dibajak oleh kelompok Komando Jihad yang salah satunya diketahui bernama Imran bin Muhammad Zein.
Empat hari dibajak tentu saja membuat TNI melakukan operasi penuh untuk menangani pembajakan tersebut.
Dikutip Gridhot dari Tribun Jabar, Puncak pembajakan pesawat DC-9 Woyla terjadi pada 31 Maret 1981, di Bandara Mueang, Bangkok, Thailand.
Operasi pembebasan pun dilakukan. Kala itu, pasukan yang diterjunkan adalah pasukan Grup 1 Kopapasandha.
Kopapasandha sendiri merupakan Komando Para Pasukan Sandi Yudha yang kini berganti nama menjadi Kopassus atau Komando Pasukan Khusus.
Di bawah komando Letjen Benny Moerdani dan Letkol Infanteri Sintong Panjaitan sebagai pemimpin operasi lapangan, pasukan tersebut bergerak pada pukul 02.30 WIB.
Bergerak menyelinap dari semak-semak kemudian bergerak mengendap ke arah pesawat dengan membawa tiga tangga.
Bergerak masuk lewat pintu darurat dekat sayap dan bagian belakang pesawat, pasukan tersebut langsung masuk.
"Tiba-tiba terdengarlah tembakan-tembakan, mungkin dalam waktu dua detik," kata Henk Siesen, warga negara Belanda di dalam pesawat.
Penumpang kemudian dikeluarkan satu persatu melalui pintu depan.
Namun sempat ada momen menegangkan yaitu salah satu pembajak ternyata ikut tiarap bersama penumpang lain dan tak terdeteksi.
Pembajak tersebut kemudian melempar granat yang beruntung saja granat tersebut tidak meledak dan akhirnya ditembak mati ketika berusaha melarikan diri.
Pemimpin kelompok pembajak tersebut diketahui bernama Imran bin Muhammad Zein yang kemudian ditangkap dan dihukum mati pada 28 Maret 1983.
Operasi tersebut berlangsung selama 3 menit.
Keberhasilan operasi tersebut bahkan membuat nama Kopassus menjadi salah satu pasukan elite terbaik di dunia.
Pada 2008 bahkan Kopassus pernah masuk dalam peringkat tiga pasukan elite terbaik di dunia dalam versi Discovery Channel.
Baca Juga: Seorang Anggota Polisi di Magelang Dapat Bendera Hitam dari Kapolres, Apa Artinya?
Kopassus menjadi yang diperhitungkan karena tidak bergantung dengan teknologi super canggih seperti tentara di negara maju.
(*)