Penerjunan begitu sulitnya karena hutan sangat lebat dengan pepohonan tinggi. Banyak penerjun tersangkut di pohon. Kopral Udara I Sahudi misalnya, yang tersangkut di antara dua pohon, mencoba memprakirakan ketinggian dengan mengulur tali perlengkapan.
Sampai tali terulur habis sepanjang 30 m, tanah belum tersentuh.
"Pohonnya tinggi sekali," kenang Sahudi.
Beberapa bulan pasukan menjadi gerilyawan di pedalaman. Pasukan yang gugur ditinggalkan dengan diberi tanda sedangkan senjatanya disembunyikan. Mereka yang tidak sanggup lagi meneruskan tugas terpaksa ditinggalkan agar tidak mengganggu gerak pasukan.
Keadaan medan dan perlawanan Belanda sebenarnya tidak berat. Yang berat justru sulitnya mendapatkan makanan atau tumbuhan yang dapat dimakan.
Kalau kebetulan pasukan menjumpai tanaman rakyat seperti talas atau pisang, mereka terpaksa memakannya kemudian meninggalkan uang gulden untuk pembayaran. Ya, pasukan memang dibekali gulden Papua.
(Dicukil dari buku 52 Tahun Infiltrasi di Irian Barat Terbitan Majalah Angkasa, oleh Mayong S. Laksono, dan dimuat di Majalah Intisari edisi Juli 2014)
Artikel ini telah tayang di Intisari Online dengan judul "Ketika Merebut Irian Barat, yang Berat Justru Mendapatkan Makanan Saat Gerilya"
(*)
Source | : | Intisari Online |
Penulis | : | None |
Editor | : | Siti Nur Qasanah |
Komentar