Laporan reporter Gridhot.ID, Nicolaus Ade
Gridhot.ID -Perusahaan Garuda Indonesia sedang jadi sorotan habis-habisan.
Pasalnya, Bea Cukai menemukan adanya onderdil Harley Davidson dan sepeda Brompton ilegal di dalam pesawat baru Garuda Indonesia.
Petugas menemukan barang-barang tersebut saat melakukan pengecekan di hangar pesawat milik PT GMF di kawasan Bandara Soekarno Hatta, Minggu (17/11/2019).
Direktur Utama PT Garuda Indonesia I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra alias Ari Askhara pun dipaksa melepas jabatannya oleh Erick Thohir.
Ternyata perlu diketahui sebelumnya sosok I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra alias Ari Askhara bisa dikatakan berkarier moncer pada jaman Rini Soemarno menjabat sebagai Menteri BUMN periode 2014-2019.
Sejak 2014, Ari sudah malang melintang di jajaran direksi perusahaan pelat merah.
Pada Mei 2014, pria lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada itu didapuk menjadi Direktur Keuangan PT Pelindo III (Persero).
Tak lama setelah itu atau tepatnya pada Desember 2014, Ari dipindahtugaskan untuk menjadi Direktur Keuangan Garuda Indonesia.
Dua tahun menduduki posisi itu, Ari kembali dipindahkan menjadi Direktur Human Capital dan Pengembangan Sistem PT Wijaya Karya (Persero) pada 2016.
Namun, setahun berselang, Ari diangkat menjadi Direktur Utama PT Pelindo III.
Akhirnya, puncak karier Ari di BUMN terjadi pada September 2018.
Kala itu Rini Soemarno menunjuk Ari menjadi Dirut Garuda Indonesia.
Rini berharap Ari bisa memperbaiki kinerja keuangan maskapai pelat merah itu.
Pasalnya, saat Ari ditunjuk sebagai dirut, rugi bersih Garuda Indonesia tercatat sebesar sekitar 175 juta dollar AS, atau sekitar Rp 2,45 triliun.
Adapun pendapatan Garuda Indonesia tercatat hanya 38,9 juta dollar AS.
Namun, belum lama menjabat sebagai orang nomor satu di Garuda Indonesia, Ari langsung menghadapi rintangan.
Saat itu, pria lulusan S2 Administrasi Bisnis Jurusan International Finance di Universitas Indonesia tersebut harus menghadapi protes dari masyarakat terkait mahalnya harga tiket pesawat.
Pada akhir tahun 2018, masyarakat menuding Garuda Indonesia sebagai pemrakarsa kenaikan harga tiket pesawat.
Karena Garuda menaikan harga tiketnya, akhirnya maskapai lain pun ikut-ikutan mengambil kebijakan serupa.
Akhirnya, pemerintah langsung turun tangan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Sebab, kenaikan harga tiket pesawat berdampak pada sektor lainnya.
Meski menuai polemik yang berkepanjangan, kenaikan harga tiket itu tak mampu menggoyahkan posisi Ari dari jabatan Dirut Garuda Indonesia.
Kala itu Rini tetap memercayai Ari.
Kepercayaan dari Rini itu sempat dibuktikan oleh Ari melalui laporan keuangan Garuda Indonesia di sepanjang tahun 2018.
Pada 24 April 2019, Ari mengumumkan perusahaan tersebut berhasil mencetak laba bersih sebesar 809.840 dollar AS.
Angka tersebut meningkat tajam dari tahun 2017, yang mana maskapai pelat merah itu merugi hingga 216,58 juta dollar AS.
Namun, laporan keuangan Garuda yang membaik itu ditolak oleh dua komisarisnya.
Penolakan itu berkaitan dengan perjanjian kerja sama Garuda dengan PT Mahata Aero Teknologi dan PT Citilink Indonesia yang diperkirakan menuai kerugian sebesar 244,95 juta dollar AS.
Garuda Indonesia dituding telah “memoles” laporan keuangannya.
Laporan keuangan itu pun sempat menuai polemik di tengah masyarakat.
Akhirnya, Kementerian Keuangan dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melakukan investigasi terhadap laporan keuangan maskapai pelat merah itu.
Hasilnya, dua instansi tersebut menemukan adanya pelanggaran di laporan keuangan Garuda Indonesia tahun buku 2018.
Setelah menemukan pelanggaran, OJK dan Kemenkeu pun memberikan sanksi kepada Garuda serta auditor yang mengaudit laporan keuangannya.
Sanksi diberikan setelah kedua instansi tersebut memeriksa auditor terkait permasalahan laporan keuangan Garuda Indonesia tahun buku 2018.
Khususnya pengakuan pendapatan atas perjanjian kerja sama dengan PT Mahata Aero Teknologi yang diindikasikan tidak sesuai dengan standar akuntansi.
Manajemen Garuda Indonesia diminta kembali mengumumkan kinerja keuangannya pada tahun buku 2018.
Pada laporan keuangan yang disajikan ulang tersebut, Garuda Indonesia mencatatkan rugi bersih sebesar 175,02 juta dollar AS atau setara Rp 2,45 triliun dari sebelumnya laba sebesar 5,01 juta dollar AS.
"Dalam kaitan penyajian ulang Laporan Keuangan 2018, Garuda Indonesia mencatatkan laporan pendapatan usaha sebesar 4,37 miliar dollar AS, tidak mengalami perubahan dari laporan pendapatan sebelumnya," ujar VP Corporate Secretary Garuda Indonesia M Ikhsan Rosan.
Selain restatement laporan keuangan tahun 2018, Garuda Indonesia pun diminta untuk melakukan restatement laporan keuangan kuartal I-2019 oleh Bursa Efek Indonesia (BEI).
Pada laporan restatement kuartal I-2019 tersebut, Garuda Indonesia tercatat mengalami sejumlah penyesuaian pada indikator aset menjadi sebesar 4,32 juta dollar AS dari sebelumnya 4,53 juta dollar AS.
Rupanya kasus tersebut juga tak membuat Ari dicopot oleh Rini dari Dirut Garuda Indonesia.
Ari tetap dipertahankan hingga Rini mengakhiri masa jabatannya sebagai Menteri BUMN pada 23 Oktober 2019.
Setelah Rini lengser, kursi orang nomor satu di Kementerian BUMN diduduki Erick Thohir.
Di tangan Erick Thohir pula karier moncer Ari di perusahaan pelat merah terancam tenggelam.
Pasalnya, Erick yang belum dua bulan menjabat sebagai Menteri BUMN memutuskan mencopot Ari dari posisi Dirut Garuda Indonesia.
Hal itu dilakukan Erick bukan tanpa alasan.
Ari dicopot dari jabatannya karena disebut telah melakukan penyelundupan onderdil Harley Davidson keluaran tahun 1972 serta dua sepeda Brompton.
Akibat perbuatan itu, negara berpotensi mengalami kerugian sebesar Rp 532 juta hingga Rp 1,5 miliar.
Bahkan, kata Erick, proses penyelundupan itu melibatkan banyak pihak di tubuh Garuda Indonesia.
“Ini sungguh menyedihkan, ini proses secara menyeluruh dalam sebuah BUMN, bukan individu, tapi menyeluruh. Ini yang tentu pasti Ibu (Sri Mulyani) pasti sangat sedih, saya sangat sedih," ujar dia.
Erick memaparkan, dalam proses penyelundupan tersebut, awalnya Direktur Utama Garuda Indonesia I Gusti Ngurah Askhara atau Ari Ashkara (AA) telah melakukan instruksi untuk mencari motor Harley Davidson klasik tahun 1972 sejak tahun 2018.
Selain itu, yang bersangkutan juga telah melakukan transfer dana ke rekening pribadi Finance Manager Garuda Indonesia berinisial IJ (Iwan Joeniarto) di Amsterdam.(*)