Di atas dua bilah papan, telapak kakinya yang telanjang itu ikut menahan beban tubuhnya.
Di sekeliling kakinya diberi daun-daun kelor yang konon merupakan "penawar" bila seseorang mempunyai jimat.
Saya berada tak jauh di depannya mengamati apakah posisinya sudah benar dan ikatan talinya cukup kuat.
Detik-detik terakhir sebelum peluru menghunjam tubuhnya, tiba-tiba dia memanggil-manggil nama saya.
"Pak Darto, pak Darto (bukan nama sebenamya)!" Saya terkejut dan mendekat.
"Pak Darto, dengan ini saya mengucapkan terima kasih. Bapak sudah memberitahu akan dilaksanakannya hukuman mati kepada saya. Saat ini pula saya menyesal atas perbuatan yang saya lakukan. Saya menitipkan jenazah saya nanti pada Pak Darto dan minta tolong diserahkan kepada keluarga saya," pintanya.
Bulu kuduk saya berdiri mendengar kata-katanya. Kesempatan ini saya pergunakan untuk memberi pengertian kepadanya, bahwa saya hanya sebagai petugas yang mendapat perintah untuk melaksanakan hukuman mati.
Dia menjawab, "saya tahu."
Kemudian saya lanjutkan, "sebentar lagi Saudara akan menghadap Tuhan, persiapkanlah diri Saudara baik-baik."
Lalu, dia mengucapkan terima kasih untuk terakhir kalinya. Regu tembak yang terdiri atas dua belas orang tamtama dan seorang bintara di bawah pimpinan seorang perwira telah berdiri berjajar berhadapan dengan tereksekusi.