Dia mengenakan hem lengan panjang dan bersandal jepit. Pada waktu keluar, tangannya sudah diborgol. Saat itu lampu neon penjara masih menyala terang.
Terhukum meninggalkan blok melalui pintu yang berjarak 15 m dari selnya dengan diiringi petugas penjara dan petugas keamanan.
Lebar pintu 3 m dan berjeruji, tetapi yang dibuka hanya setengahnya. Dia digiring menuju pintu gerbang luar. Pintu inilah yang menjadi saksi saat-saat terakhir kehidupan Bobby.
Dia tampak tenang, namun susah menduga perasaannya. Beberapa langkah di luar pintu dia berhenti dan ingin berpidato. Permintaan ini ditolak. Dia meminta sebatang rokok.
Salah seorang petugas memberinya dan sekaligus menyulutkan apinya. Inilah kenikmatan terakhir yang masih diizinkan.
Sambil terus merokok, petugas mengikat kedua ibu jarinya menjadi satu. Sebuah tali juga diikatkan pada kedua lengannya. Tali ini dililitkan pula beberapa lapis pada lehemya.
Semua berjalan cepat. Petugas mengikuti proses ini dengan penuh kewaspadaan. Tak jauh dari tempat itu sebuah mobil station-wagon membawanya ke tempat eksekusi di suatu tempat dekat penjara. (Seperti diceritakan pada Yanto dan Gede)
(Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Oktober 1991)
Artikel ini telah tayang di Intisari Online dengan judul "Detik-detik Jelang Eksekusi: Permintaan Terakhir Terpidana Mati Ini Bikin Bulu Kuduk Berdiri"
(*)